Saturday, January 22, 2011

renungan

Seorang muslim yang
sejati adalah apabila ia telah
menjadikan Nabi Muhammad
SAW sebagai idola dalam
hidupnya. Kita ikuti sikap dan
tindak-tanduknya, demikian
pula filsafat hidupnya harus
diteladani.
Bagaimana filsafat
hidup Rasulullah? Filsafat
hidup adalah hal yang
abstrak, yakni bagaimana
seseorang memandang
suatu persoalan hidup, cara
memecahkan atau
menyelesaikannya. Ada
beberapa filsafat hidup yang
dianut oleh manusia:
1. Pertama : Dalam
hidup ini yang penting perut
kenyang dan badan sehat.
2. Kedua : Dalam
hidup ini mengikuti ke mana
arah angin berhembus, angin
berhembus ke Timur, ikut ke
Timur, angin berhembus ke
Barat, ikut ke Barat, suapaya
selamat dan mendapatkan
apa yang diinginkan.
3. Ketiga : Dalam
hidup ini yang penting "GUE
SENENG" masa bodoh dengan
urusan orang lain.
4. Keempat : Dalam
hidup ini harus baik di dunia
dan baik di akhirat.
Sebagai muslim sudah
selayaknya kita berfilsafat
sebagaimana filsafat hidup
Rasulullah SAW.
Filsafat hidup
Rasulullah adalah sebagai
berikut :
1. Pertama :
Rasulullah pernah ditanya
oleh seorang sahabat.
"Wahai Rasulullah,
bagaimana kriteria orang
yang baik itu? Rasulullah
menjawab:
Yang artinya: "Sebaik-
baiknya manusia ialah orang
yang bermanfaat bagi orang
lain".
Jika ia seorang
hartawan, hartanya tidak
dinikmati sendiri, tapi
dinikmati pula oleh tetangga,
sanak famili dan juga
didermakan untuk
kepentingan masyarakat dan
agama. Inilah ciri-ciri orang
yang baik. Jika berilmu,
ilmunya dimanfaatkan untuk
kepentingan orang banyak.
Jika berpangkat,
dijadikannya sebagai tempat
bernaung orang-orang
disekitarnya dan jika tanda
tangannya berharga maka
digunakan untuk
kepentingan masyarakat dan
agama, tidak hanya
mementingkan diri dan
golongannya sendiri.
Pokoknya segala
kemampuan/potensi
hidupnya dapat dinikmati
orang lain, dengan kata lain
orang baik adalah orang
yang dapat memfungsikan
dirinya ditengah-tengah
masyarakat dan bermanfaat.
Sebaliknya kalau ada
orang yang tidak bisa
memberi manfaat untuk
orang lain atau masyarakat
sekitarnya bahkan segala
kenikmatan hanya
dinikmatinya sendiri, berarti
orang itu jelek. Adanya orang
seperti itu tidak merubah
keadaan dan perginyapun
tidak merugikan
masyarakat.
Jadi filsafat hidup
Rasulullah SAW menjadikan
dirinya bermanfaat bagi
orang lain. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya bagi kita
sebagai manusia untuk
memegang filsafat hidup.
Orang yang hanya menanam
rumput untuk makanan
ternak ia akan mendapatkan
rumput tapi padinya tidak
dapat, sebaliknya orang yang
menanam padi, ia akan
mendapatkan padi dan
sekaligus mendapatkan
rumput, karena rumput
tanpa ditanam akan tumbuh
sendiri. Begitu juga dengan
kita yang hidup ini, kalau niat
dan motivasinya sekedar
mencari rumput (uang) iapun
akan memperolehnya, tetapi
tidak dapat padinya atau
tidak akan memperoleh nilai
ibadah dari seluruh
pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam
menjalankan kehidupan,
niatkan untuk ibadah
dengan suatu keyakinan
bahwa pekerjaan dan
tempat kerja kita, kita yakini
sebagai tempat mengabdi
kepada Nusa, Bangsa dan
Negara, dan sebagai upaya
menghambakan diri kepada
Allah SWT. Dengan demikian
maka setiap hendak
berangkat ke tempat
bekerja berniatlah
beribadah, Insya Allah
seluruh pekerjaan kita akan
bernilai ibadah, dan
mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang
yang hidup ini niatnya hanya
mencari "rumput" walau hal
itu penting, tetapi kalau
niatnya hanya itu saja, orang
tersebut termasuk orang
yang rugi, karena ia tidak
akan mendapatkan nilai
ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya ibadah
bukan hanya shalat, zakat,
puasa atau membaca Al-
Qur'an saja, tetapi bekerja,
mengabdi kepada
masyarakat, Negara dan
Bangsa dengan niat Lillahi
Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini
penting untuk diketahui,
karena ada yang berfilsafat:
Kalau ada duitnya baru mau
kerja, kalau tidak ada
duitnya malas bekerja.
2. Kedua : Rasul
pernah ditanya, wahai
Rasulullah! Orang yang paling
baik itu yang bagaimana?
Rasul menjawab :
Yang artinya : "Sebaik-
baiknya diantara kamu ialah
orang yang umurnya panjang
dan banyak amal
kebajikannya".
Sudah barang tentu
orang yang semacamn ini
sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Sebaliknya
kalau ada orang yang
amalnya baik tapi umurnya
pendek masyarakat akan
merasa kehilangan.
Rasulullah juga
mengatakan,"Seburuk-
buruknya manusia yaitu
mereka yang panjang
umurnya tapi jelek
perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau
ada orang semacam itu
mendingan umurnya pendek
saja, supaya masyarakat
sekitarnya tidak banyak
menderita dan agar ia tidak
terlalu berat tanggung
jawabnya di hadapan Allah.
Orang yang umurnya panjang
dan banyak amal
kebajikannya itulah orang
yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar
kita mendapat umur yang
panjang. Sementara orang
ragu, bukankah Allah telah
menentukan umur seseorang
sebelum lahir? Pernyataan
ini memang benar, tapi
jangan lupa Allah adalah
Maha Kuasa menentukan
umur yang dikehendaki-Nya.
Adapun resep agar
umur panjang sebagaimana
resep Rasulullah :
Secara lahiriyah, kita
semua sependapat untuk
hidup sehat, harus hidup
teratur, makan yang bergizi
serta menjaga kondisi
dengan berolahraga yang
teratur.
Secara spiritual orang
yang ini panjang umur ada
dua resepnya:
1. Pertama : Suka
bersedekah yakni
melepaskan sebahagian
hartanya di jalan Allah untuk
kepentingan masyarakat,
anak yatim, fakir miskin
maupun untuk kepentingan
agama. Dengan kata lain
orang yang kikir atau bakhil
sangat mungkin umurnya
pendek.
2. Kedua : Suka
silahturahmi, Silah berarti
hubungan dan rahmi berati
kasih sayang, jadi suka
mengakrabkan hubungan
kasih sayang dengan
sesama, saling kunjung atau
dengan saling kirim salam.
Sementara para ahli
tafsir menyatakan sekalipun
bukan umur itu yang
bertambah misalnya 60
tahun, karena sering
silahturahmi meningkat
menjadi 62 tahun, banyak
sedekahnya menjadi 65
tahun. Kalau bukan umurnya
yang bertambah, setidak-
tidaknya berkah umur itu
yang bertambah. Umurnya
tetap tapi kualitas dari umur
itu yang bertambah.
3. Ketiga : Rasul
pernah ditanya, orang yang
paling beruntung itu yang
bagaimana? Rasul
Menjawab :
Yang artinya : "Barang
siapa yang keadaannya hari
ini kualitas hidupnya lebih
baik dari hari kemarin maka
dia adalah orang beruntung".
Kalau kita bandingkan
dengan tahun kemarin, ilmu
dan ibadahnya, dedikasinya,
etos kerja, disiplin kerja
meningkat, dan akhlaknya
semakin baik, orang tersebut
adalah orang yang
beruntung. Dengan kata lain
filsafat hidup Rasulullah yang
ketiga adalah "Tiada hari
tanpa peningkatan kualitas
hidup".
Pernyataan Rasul yang
kedua :
Yang artinya:
"Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini sama
dengan hari kemarin, maka
ia termasuk orang yang
rugi".
Jika amalnya,
akhlaknya, ibadahnya,
kedisplinannya dan
dedikasinya tidak naik dan
juga tidak turun maka orang
tersebut termasuk orang
yang merugi.
Sementara orang
bertanya: Kenapa dikatakan
rugi padahal segala-galanya
tidak merosot? Bagaimana
dikatakan tidak rugi, mata
sudah bertambah kabur,
uban sudah bertabu, giginya
sudah pada gugur dan sudah
lebih dekat dengan kubur,
amalnya tidak juga
bertambah, kualitas hidup
tidak bertambah maka ia
adalah rugi. Dan Rasul
mengatakan selanjutnya :
Yang artinya :
"Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini lebih
buruk dari hari kemarin
maka orang semacam itu
dilaknat oleh Allah".
Oleh karena itu pilihan
kita tidak ada lain kecuali
yang pertama, yakni tidak
ada hari tanpa peningkatan
kualitas hidup. Sebagai umat
Islam, kedispilinan, dedikasi,
kepandaian, kecerdasan,
keterampilan harus kita
tingkatkan, agar kita
termasuk orang yang
beruntung.
4. Keempat : Rasul
pernah ditanya : "Wahai
Rasulullah! Suami dan isteri
yang paling baik itu
bagaimana? Rasul
menjawab : "Suami yang
paling baik adalah suami
yang sikap dan ucapannya
selalu lembut terhadap
isterinya, tidak pernah bicara
kasar, tidak pernah bersikap
kasar, tidak pernah
menyakiti perasaan
isterinya, tetap menghormati
dan menghargai isterinya.
Sebab ada sikap
seorang suami yang suka
mengungkit-ungkit segala
kekurangan isterinya,
sehingga dapat menyinggung
perasaannya, yang demikian
termasuk suami yang tidak
baik biarpun keren dan
uangnya banyak.
Hakekatnya suami yang
tidak baik yaitu suami yang
kasar terhadap isterinya. Dan
seorang laki-laki yang mulia
ialah yang bisa memuliakan
kaum wanita, tidak suka
menyepelekan. Sampai-
sampai Rasul masih membela
kepada kaum wanita
beberapa saat sebelum
Beliau wafat. Beliau sempat
berpesan: "Aku titipkan nasib
kaum wanita kepadamu".
Diulangnya tiga kali. Karena
kaum wanita kedudukannya
serba lemah. Jadi kalau
seoarang suami memiliki
akhlak yang tidak baik maka
penderitaan sang isteri luar
biasa. Hal ini perlu kita ingat
karena segala sukses yang
dicapai oleh sang suami pada
hakekatnya adalah karena
andil sang isteri. Demikian
juga andil isteri yang
membantu mencarikan
nafkah.
5. Kelima : Rasul
pernah ditanya, "Wahai
Rasulullah! Orang yang benar
itu yang bagaimana? Rasul
menjawab,"Apabila dia
berbuat salah segera
bertaubat, kembali kepada
jalan yang benar. Oleh
karena itu para filosof
mengatakan, "Orang yang
benar adalah bukan orang
yang tak pernah melakukan
kesalahan, tapi orang yang
benar adalah mereka yang
sanggup mengendalikan diri
dari perbuatan yang
terlarang dan bila terlanjur
melakukannya, ia
memperbaiki diri dan tidak
mengulangi perbuatan yang
salah itu. Ibarat anak sekolah
mengerjakan soal, kalau
salah tidak jadi masalah, asal
setelah dikoreksi tidak
mengulangi kesalahannya.
Sampai-sampai ada
ungkapan yang tidak enak
didengar tapi benar menurut
tuntunan Islam, yaitu: Bekas
maling itu lebih baik dari
pada bekas santri. Kita tahu
bahwa santri adalah orang
yang taat beragama,
sedangkan maling penjahat,
pemerkosa, dan sebagainya
tapi setelah bertaubat
menjadi orang yang baik,
kembali ke jalan yang benar.
Orang yang demikian
matinya menjadi khusnul
khotimah. Memang yang
ideal, orang yang baik itu dari
muda sampai tua baik terus,
tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah
terlanjur, selama masih mau
bertaubat tidak jadi masalah.
Oleh karena itu, segala
hukuman, seperti hukuman
administrasi dalam
kepegawaian, selalu
didasarkan atas beberapa
pertimbangan. Apakah
kesalahannya tidak bisa
ditolerir, apakah orang
tersebut perlu diberi
kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya
atau tidak. Apakah
kesalahannya terpaksa atau
karena kebodohannya?
Maka berbagai pertimbangan
perlu dilakukan sehingga ada
kesempatan bagi orang
tersebut untuk memperbaiki
kesalahannya, agar dia bisa
kembali menjadi orang yang
baik. Nabi Muhammad SAW
bersabda :
Yang artinya:
"Walaupun engkau pernah
melakukan kesalahan
sehingga langit ini penuh
dengan dosamu, asal saja
kamu bertaubat, pasti akan
terima oleh Allah".
6. Keenam : Suka
memberi. Sabda Nabi :
Yang artinya : "Tangan
di atas lebih baik daripada
tangan di bawah".
Orang yang suka
memberi, martabatnya lebih
terhormat daripada orang
yang suka menerima. Allah
berfirman :
Yang artinya :
"Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir,
seratus biji. Allah melipat-
gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas karunia-
Nya lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah : 261)
Tidak ada orang yang
suka sedekah, kemudian
jatuh miskin. Umumnya yang
jatuh miskin karena suka
judi, togel, dan minuman
keras. Dan resep kaya
menurut Islam adalah kerja
keras, hidup hemat, dan suka
sedekah.
7. Ketujuh : Rasul
pernah ditanya oleh para
sahabat : "Wahai Rasul! Si
pulan itu orang yang luar
biasa hebatnya. Dia selalu
berada dalam masjid, siang
malam melakukan shalat,
puasa, I'tikaf, berdo'a.
Kemudian Rasul bertanya
kepada para sahabat,
"Apakah orang itu punya
keluarga?" Sahabat
menjawab, "Punya Ya Rasul".
Kata Rasul : "Orang tersebut
adalah orang yang tidak
baik!. Saya ini suka ibadah
tapi disamping itu sebagai
seorang suami, berusaha
mencari nafkah. Sampai
Rasul menyatakan : "
Tergolong tidak baik orang
yang hanya mementingkan
urusan ukhrawi tetapi
melalaikan urusan dunia".
Juga tidak benar orang
yang hanya mementingkan
urusan duniawi tapi
melalaikan urusan ukhrawi.
Yang paling baik adalah
seimbang antara
kepentingan duniawi dengan
kepentingan ukhrowi dan
tidak berat sebelah.
Oleh : Al-Ustadz Drs.
Burhanuddin

No comments:

Post a Comment

like