Thursday, November 10, 2011

PAHLAWAN

bismillaah kuheningkan cipta..ku bersujud....ku berdoa semoga kau diterima disisihNYA..amien. semoga amal dan perjuangan semua pahlawan yang membela tanah air ini ,dapat balasan yang tinggi ,di surga ALLAH SWT.

Tuesday, September 20, 2011

ikhlas

bismillaah tak ada sebab jika kau lakukan aku begini... tak ada tawa buatku bahagia.. tak ada bimbang jika kau mau menghapusnya... tak ada salah karena semuanya punya alasan... tak ada benar karena ini berbagai pilihan... tak ada cinta melainkan rasa sayang...
tak ada tangis melainkan rasa sedih... jika aku salah aku mohon dimaafkan,dan aku akan selalu memaafkan mu,meskipun kadang aku kerterlaluan jaga kepercayaanmu...

Wednesday, July 6, 2011

bismillaah
dengar jiwa ,naluriku yang mulai tumpul.
sungguh kusesali tak bisa ku menoleh,memperhatikan sekitarku.
apalah guna mataku,telingaku,bahkan ragaku.membalasnya pun aku tak mampu.

terima kasih atas segalanya.

Sunday, June 19, 2011

perasaan cinta tiada tara

bismillaah..ku berterima kasih sebelumnya kepada beliau ALLAH SWT. yang telah memberikan aku rezeki dan kebahagian. dan juga kepada kekasihku yang telah membuat aku jatuh cinta kepadanya..sehingga aku merasa bahagia memilikinya...rasa / citra / raga...ku relakan tuk menjagamu selalu didekatku mencintaimu,menjagamu,membahagikanmu...sampai ku tak bisa lagi terbangun..alhamdulillah..i love u dirga

Thursday, April 7, 2011

bismillaah...barang siapa tidak menyayangi,maka dia tidak akan disayangi.H.R.Bukhari

Nabi Hud A.S.

Hud (Bahasa Arab هود , Aubir, Ubayr, Neber) (sekitar 2450-2320 SM) adalah seorang nabi yang diutus untuk kaum 'Aad yang tinggal di Al-Ahqaf, Rubu' al-Khali-Yaman. Hud dikenal dalam ajaran agama Islam, Yahudi dan Kristen. Dalam kitab Perjanjian Lama dikenal sebagai Eber.[1] Namanya disebutkan sebanyak 7 kali dalam Al-Quran. Umat Muslim percaya bahwa Nabi Hud hidup sekitar 150 tahun dan diutus menjadi rasul pada tahun 2400 SM.[2][3] Diriwayatkan ia wafat di Timur Hadhramaut, Yaman.

“Aad” adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama “Al-Ahqaf” terletak di utara Hadramaut atr Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam untuk bhn makanan mrk. dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.

Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama ” Shamud” dan ” Alhattar” dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dpt memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah. Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.

Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.

Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya

Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia dengan fitrah.

Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.

Di terangkan oleh Nabi Hud bahaw adia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya drp mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.

Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.

Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:”Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yang tidak dpt kami jangkau dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan memebawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya.”

Wahai kaumku! jawab Nabi Hud,Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada Keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu.”
Wahai Hud! jawab kaumnya,”Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain drp yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa hairan dan tidak dpt menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang drp kami , engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau eje hina dan cemuhkan.”

Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, “aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sihat tidak krg sesuatu pun dan ketahuilah bahwa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dpt mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi bandaku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pd diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan seru sekalian alam Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuh0tumbuhan bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahiulah bahawa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas segala perbuatan kamu di dunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan soleh mendpt ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku.”

Kaum Aad menjawab: ” Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa engkau telah mendpt kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakut-nakuti kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan seksa yang engkau bayang-bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancamkan itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta.”

Baiklah! jawab Nabi Hud,” Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dpt melepaskan diri dari bencananya. Allah menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung bandaku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya.”

Pembalasan Allah Atas Kaum Aad

Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.

Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: “Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.

Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.

Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah ” Al-Ahqaf ” sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
from kisah-kisah teladan

Nabi Dzulkifli as

Zulkifli (bahasa Arab: ذو الكفل, Dhū'l-Kifl) (sekitar 1500-1425 SM) adalah salah satu nabi dalam ajaran Islam yang diutus kepada kaum Amoria di Damaskus. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1460 SM dan diutus untuk mengajarkan tauhid kepada kaumnya yang menyembah berhala supaya menyembah Tuhan Yang Maha Esa, taat beribadah, dan membayar zakat. Ia memiliki 2 orang anak dan meninggal ketika berusia 95 tahun di Damaskus Syiria. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran.
Riwayat Zulkifli sedikit sekali disebutkan dalam Al-Qur'an. Ia adalah putra Nabi Ayub yang lolos dari reruntuhan rumah Nabi Ayub yang menewaskan anak-anak semua Anak Nabi Ayub. Zulkifli adalah orang yang taat beribadah. Ia melakukan sembahyang seratus kali dalam sehari.
Zulkifli disebutkan dalam ayat Al-Qur'an Surat Al Anbiyaa' dan Surat Shaad :
“ Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh (Surah Al-Anbiya':85-86) ”
“ Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik (Surah Sad:48) ”

Khalid bin Walid

Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Bani Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.

Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.

Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka’bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju ke depan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, “Oh, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu”.

Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani di mata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.

Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-’an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.

Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.

Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Bani Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.

Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzum lah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.

Latihan Pertama

Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Thaif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.

Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.

Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.

Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.

Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran. Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.

Menentang Islam

Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.

Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.

Peristiwa Uhud

Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng di muka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.

Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.

Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud masih ada suatu tanah genting, di mana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.

Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.

Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.

Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.

Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.

Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.

Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.

Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.

Hanya pahlawan Khalid lah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.

Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid di medan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya.
from kisah-kisah teladan

Wednesday, April 6, 2011

bismillaah..barang siapa mengaku beriman kepada ALLAH dan hari akhir,maka berkatalah dengan baik atau (kalau tidak bisa) diamlah.HR.Bukhari

Tuesday, April 5, 2011

bismillaah
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d ra.: Rasulullah Saw pernah bersabda, “siapapun yang dapat menjaga lidah dan kemaluannya, aku jamin ia akan masuk surga”

Saturday, February 5, 2011

nabi daud as

Daud bin Yisya adalah salah
seorang dari tiga belas
bersaudara turunan ketiga
belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia
tinggal bermukim di kota
Baitlehem, kota kelahiran
Nabi Isa a.s. bersama ayah
dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja Thalout raja Bani
Isra ’il mengerahkan orang
supaya memasuki tentera
dan menyusun tentera
rakyat untuk berperang
melawan bangsa Palestin,
Daud bersama dua orang
kakaknya diperintahkan oleh
ayahnya untuk turut
berjuang dan
menggabungkan diri ke
dalam barisan askar Thalout.
Khusus kepada Daud sebagai
anak yang termuda di antara
tiga bersaudara, ayahnya
berpesan agar ia berada di
barisan belakang dan tidak
boleh turut bertempur. Ia
ditugaskan hanya untuk
melayani kedua kakaknya
yang harus berada dibarisan
depan, membawakan
makanan dan minuman serta
keperluan-2 lainnya bagi
mereka, di samping ia harus
dari waktu ke waktu
memberi lapuran kepada
ayahnya tentang jalannya
pertempuran dan keadaan
kedua kakaknya di dalam
medan perang. Ia sesekali
tidak diizinkan maju ke garis
depan dan turut bertempur,
mengingatkan usianya yang
masih muda dan belum ada
pengalaman berperang sejak
ia dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan
Thalout dari Bani Isra ’il
berhadapan muka dengan
pasukan Jalout dari bangsa
Palestin, Daud lupa akan
pesan ayahnya tatkala
mendengar suara Jalout
yang nyaring dengan penuh
kesombongan menentang
mengajak berperang,
sementara jaguh-jaguh
perang Bani Isra ’il berdiam
diri sehinggapi rasa takut
dan kecil hati. Ia secara
spontan menawarkan diri
untuk maju menghadapi
Jalout dan terjadilah
pertempuran antara mereka
berdua yang berakhir dengan
terbunuhnya Jalout
sebagaimana telah
diceritakan dalam kisah
sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa
Daud mengalahkan Jalout
maka dijadikan menantu
oleh Thalout dan
dikahwinkannya dengan
puterinya yang bernama
Mikyal, sesuai dengan janji
yang telah diumumkan
kepada pasukannya bahwa
puterinya akan dikahwinkan
dengan orang yang dapat
bertempur melawan Jalout
dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut
sebagai menantu, Daud
diangkat pula oleh raja
Thalout sebagai
penasihatnya dan orang
kepercayaannya. Ia
disayang, disanjung dan
dihormati serta disegani
bukan sahaja oleh
mertuanya bahkan oleh
seluruh rakyat Bani Isra ’il
yang melihatnya sebagai
pahlawan bangsa yang telah
berhasil mengangkat
keturunan serta darjat Bani
Isra ’il di mata bangsa-2
sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling
sayang dan saling cinta yang
meliputi hubungan sang
menantu Daud dengan sang
mertua Thalout tidak dapat
bertahan lama. Pada akhir
waktunya Daud merasa
bahwa ada perubahan dalam
sikap mertuanya terhadap
dirinya. Muka manis yang
biasa ia dapat dari
mertuanya berbalik menjadi
muram dan kaku, kata-
katanya yang biasa didengar
lemah-lembut berubah
menjadi kata-kata yang
kasar dan keras. Bertanya ia
kepada diri sendiri gerangan
apakah kiranya yang
menyebabkan perubahan
sikap yang mendadak itu?
Adakah hal-hal yang
dilakukan yang dianggap
oleh mertuanya kurang
layak, sehingga menjadikan
ia marah dan benci
kepadanya? Ataukah
mungkin hati mertuanya
termakan oleh hasutan dan
fitnahan orang yang sengaja
ingin merusakkan suasana
harmoni dan damai di dalam
rumah tangganya? Bukankah
ia seorang menantu yang
setia dan taat kepada
mertuanta yang telah
memenuhi tugasnya dalam
perang sebaik yang oa
harapkan? dan bukankah ia
selalu tetap bersedia
mengorbankan jiwa raganya
untuk membela dan
mempertahankan kekekalan
kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat
jawapan yang memuaskan
atas pertanyaan-2 yang
melintasi fikirannya itu. IA
kemudian kembali kepada
dirinya sendiri dan berkata
dalam hatinya mungkin apa
yang ia lihat sebagai
perubahan sikap dan
perlakuan dari mertuannya
itu hanya suatu dugaan dan
prasangka belaka dari
pihaknya dan kalau pun
memang ada maka mungkin
disebabkan oleh urusan-2
dan masalah-2 peribadi dari
mertua yang tidak ada
sangkut-pautnya dengan
dirinya sebagai menantu.
demikianlah dia mencuba
menenangkan hati dan
fikirannya yang masyangul
yang berfikir selanjutnya
tidak akan mempedulikan
dan mengambil kisah
tentang sikap dan tindak-
tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap
yang sunyi senyap, ketika ia
berada di tempat tidur
bersam isterinya Mikyal.
Daud berkata kepada
isterinya: “Wahai Mikyal,
entah benarkah aku atau
salah dalam tanggapanku
dan apakah khayal dan
dugaan hatiku belaka atau
sesuatu kenyataan apa yang
aku lihat dalam sikap
ayahmu terhadap diriku? Aku
melihat akhir-2 ini ada
perubahan sikap dari
ayahmu terhadap diriku. Ia
selalu menghadapi aku
dengan muka muram dan
kaku tidak seperti biasanya.
Kata-katanya kepadaku
tidak selamah lembut seperti
dulu. Dari pancaran
pandangannya kepadaku aku
melihat tanda-2 antipati dan
benci kepadaku. Ia selalu
menggelakkan diri dari
duduk bersama aku
bercakap-cakap dan
berbincang-bincang
sebagaimana dahulu ia
lakukan bila ia melihatku
berada di sekitarnya. ”
Mikyal menjawab seraya
menghela nafas panjang dan
mengusap air mata yang
terjatuh di atas pipinya:
“ Wahai Daud aku tidak akan
menyembunyikan sesuatu
daripadamu dan sesekali
tidak akan merahsiakan hal-
hal yang sepatutnya engkau
ketahui. Sesungguhnya sejak
ayahku melihat bahawa
keturunanmu makin naik di
mata rakyat dan namamu
menjadi buah mulut yang
disanjung-sanjung sebagai
pahlawan dan penyelamat
bangsa, ia merasa iri hati dan
khuatir bila pengaruhmu di
kalangan rakyat makin
meluas dan kecintaan
mereka kepadamu makin
bertambah, hal itu akan
dapat melemahkan
kekuasaannya dan bahkan
mungkin mengganggu
kewibawaan kerajaannya.
Ayahku walau ia seorang
mukmin berilmu dan bukan
dari keturunan raja
menikmati kehidupan yang
mewah, menduduki yang
empuk dan merasakan
manisnya berkuasa. Orang
mengiakan kata-katanya,
melaksanakan segala
perintahnya dan
membungkukkan diri jika
menghadapinya. Ia khuatir
akan kehilangan itu semua
dan kembali ke tanah
ladangnya dan usaha
ternaknya di desa.
Kerananya ia tidak menyukai
orang menonjol yang
dihormati dan disegani
rakyat apalagi dipuja-puja
dan dianggapnya pahlawan
bangsa seperti engkau. Ia
khuatir bahawa engkau
kadang-2 dapat merenggut
kedudukan dan mahkotanya
dan menjadikan dia terpaksa
kembali ke cara hidupnya
yang lama sebagaimana tiap
raja meragukan kesetiaan
tiap orang dan berpurba
sangka terhadap tindakan-2
orang-2nya bila ia belum
mengerti apa yang dituju
dengan tindakan-2 itu.”
“Wahai Daud”, Mikyal
meneruskan ceritanya,
“ Aku mendapat tahu
bahawa ayahku sedang
memikirkan suatu rencana
untuk menyingkirkan engkau
dan mengikis habis
pengaruhmu di kalangan
rakyat dan walaupun aku
masih merayukan kebenaran
berita itu, aku rasa tidak ada
salahnya jika engkau dari
sekarang berlaku waspada
dan hati-hati terhadap
kemungkinan terjadi hal-hal
yang malang bagi dirimu. ”
Daud merasa hairan kata-
kata isterinya itu lalu ia
bertanya kepada dirinya
sendiri dan kepada isterinya:
“ Mengapa terjadi hal yang
sedemikian itu? Mengapa
kesetiaku diragukan oleh
ayah mu, padahal aku
dengan jujur dan ikhlas hati
berjuang di bawah
benderanya, menegakkan
kebenaran dan memerangi
kebathilan serta mengusir
musuh ayahmu, Thalout
telah kemasukan godaan
Iblis yang telah
menghilangkan akal sihatnya
serta mengaburkan jalan
fikirannya ?” Kemudian
tertidurlah Daud selesai
mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud
terbangun oelh suara
seorang pesurh Raja yang
menyampaikan panggilan
dan perintah kepadanya
untuk segera datang
menghadap.
Berkata sang raja kepada
Daud yang berdiri tegak di
hadapannya: “Hai Daud
fikiranku kebelakang ini sgt
terganggu oleh sebuah berita
yang menrungsingkan. Aku
mendengar bahwa bangsa
Kan ’aan sedang menyusun
kekuatannya dan
mengerahkan rakyatnya
untuk datang menyerang
dan menyerbu daerah kita.
Engkaulah harapan ku satu-
satunya, hai Daud yang akan
dapat menanganu urusan ini
maka ambillah pedangmu
dan siapkanlah peralatan
perangmu pilihlah orang-
orang yang engkau percayai
di antara tenteramu dan
pergilah serbu mereka di
rumahnya sebelum sebelum
mereka sempat datang
kemari. Janganlah engkau
kembali dari medan perang
kecuali dengan membawa
bendera kemenangan atau
dengan jenazahmu dibawa di
atas bahu orang-orangmu. ”
Thalout hendak mencapi dua
tujuan sekaligus dengan
siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang
selalu mengancam negerinya
dan bersamaan dengan itu
mengusirkan Daud dari atas
buminya karena hampir
dapat memastikan kepada
dirinya bahwa Daud tidak
akan kembali selamat dan
pulang hidup dari medan
perang kali ini.
Siasat yang mengandungi
niat jahat dan tipu daya
Thalout itu bukan tidak
diketahui oleh Daud. Ia
merasa ada udang disebalik
batu dalam perintah Thalout
itu kepadanya, namun ia
sebagai rakyat yang setia
dan anggota tentera yang
berdisiplin ia menerima dan
melaksanakan perintah itu
dengan sebaik-baiknya
tanpa mempedulikan atau
memperhitungkan akibat
yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada
Allah berpasrah diri kepada
takdir-Nya dan berbekal
iman dan talwa di dalam
hatinya berangkatlah Daud
berserta pasukannya menuju
daerah bangsa Kan’aan. Ia
tidak luput dari lindungan
Allah yang memang telah
menyuratkan dalam takdir-
Nya mengutuskan Daud
sebagai Nabi dan Rasul. Maka
kembalilah Daud ke kampung
halamannya berserta
pasukannya dengan
membawa kemenangan
gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali
dengan membawa
kemenangan diterima oleh
Thalout dengan senyum dan
tanda gembira yang
dipaksakan oleh dirinya. Ia
berpura-pura menyambut
Daud dengan penghormatan
yang besar dan puji-pujian
yang berlebih-lebihan namun
dalam dadanya makin
menyala-nyala api dendam
dan kebenciannya, apalagi
disadarinya bahwa dengan
berhasilnya Daud
menggondol kemenangan,
pengaruhnya di mata rakyat
makin naik dan makin
dicintainyalah ia oleh Bani
Isra ’il sehingga di mana
saja orang berkumpul tidak
lain yang dipercakapkan
hanyalah tentang diri Daud,
keberaniannya,
kecekapannya memimpin
pasukan dan kemahirannya
menyusun strategi dengan
sifat-sifat mana ia dapat
mengalahkan bangsa
Kan ’aan dan membawa
kembali ke rumah
kemenangan yang menjadi
kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout
menyingkirkan Daud dengan
meminjam tangan orang-
orang Kan ’aan. Ia kecewa
tidak melihat jenazah Daud
diusung oleh orang-orang
nya yang kembali dari medan
perang sebagaimana yang ia
harapkan dan ramalkan,
tetapi ia melihat Daud dalam
keadaan segar-bugar gagah
perkasa berada di hadapan
pasukannya menerima alu-
aluan rakyat dan sorak-
sorainya tanda cinta kasih
sayang mereka kepadanya
sebagai pahlawan bangsa
yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayang rasa
takut akan kehilangan
kekuasaan melihat makin
meluasnya pengaruh Daud,
terutama sejak kembalinya
dari perang dengan bangsa
Kan ’aan, berfikir jalan
satu-satunya yang akan
menyelamatkan dia dari
ancaman Daud ialah
membunuhnya secara
langsung. Lalu diaturlah
rencana pembunuhannya
sedemikian cermatnya
sehingga tidak akan
menyeret namanya
terbawa-bawa ke dalamnya.
Mikyal, isteri Daud yang
dapat mencium rancangan
jahat ayahnya itu, segera
memberitahu kepada
suaminya, agar ia segera
menjauhkan diri dan
meninggalkan kota secepat
mungkin sebelum rancangan
jahat itu sempat
dilaksanakan . Maka
keluarlah Daud memenuhi
anjuran isterinya yang setia
itu meninggalkan kota
diwaktu malam gelap
dengan tiada membawa
bekal kecuali iman di dada
dan kepercayaan yang teguh
yang akan inayahnya Allah
dan rahmat-Nya.
Setelah berita
menghilangnya Daud dari
istana Raja diketahui oleh
umum, berbondong-
bondonglah menyusul
saudara-2nya, murid-2nya
dari para pengikutnya
mencari jejaknya untuk
menyampaukan kepadanya
rasa setiakawan mereka
serta menawarkan bantuan
dan pertolongan yang
mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah
agak jauh dari kota, ia lagi
istirahat seraya
merenungkan nasib yang ia
alami sebgai akibat dari
perbuatan seorang hamba
Allah yang tidak mengenal
budi baik sesamanya dan
yang selalu memperturutkan
hawa nafsunya sekadar
untuk mempertahankan
kekuasaan duniawinya.
Hamba Allah itu tidak sedar,
fikir Daud bahwa kenikmatan
dan kekuasaan duniawi yang
ia miliki adalah pemberian
Allah yang sewaktu-waktu
dapat dicabut-Nya kembali
daripadanya.
Daud Dinobatkan Sebagai
Raja
Raja Thalout makin lama
makin berkurang
pengaruhnya dan merosot
kewibawaannya sejak ia
ditingglkan oleh Daud dan
diketahui oleh rakyat
rancangan jahatnya
terhadap orang yang telah
berjasa membawa
kemenangan demi
kemenangan bagi negara
dan bangsanya. Dan sejauh
perhargaan rakyat terhadap
Thalout merosot, sejauh itu
pula cinta kasih mereka
kepada Daud makin
meningkat, sehingga banyak
diantara mereka yang lari
mengikuti Daud dan
menggabungkan diri ke
dalam barisannya, hal mana
menjaadikan Thalout
kehilangan akal dan tidak
dapat menguasai dirinya. IA
lalu menjalankan siasat
tangan besi, menghunus
pedang dan membunuh siapa
saja yang ia ragukan
kesetiaannya, tidak
terkecuali di antara
korban-2nya terdapat para
ulama dan para pemuka
rakyat.
Thalout yang mengetahui
bahawa Daud yang
merupakan satu-satunya
saingan baginya masih hidup
yang mungkin sekali akan
menuntut balas atas
pengkhianatan dan
rancangan jahatnya,
merasakan tidak dapat tidur
nyenyak dan hidup tebteram
di istananya sebelum ia
melihatnya mati terbunuh.
Kerananya ia mengambil
keputusan untuk mengejar
Daud di mana pun ia berada,
dengan sisa pasukan
tenteranya yang sudah
goyah disiplinnya dan
kesetiaannya kepada Istana.
Ia fikir harus cepat-2
membinasakan Daud dan
para pengikutnya sebelum
mereka menjadi kuat dan
bertambah banyak
pengikutnya.
Daud bersert para
pengikutnya pergi
bersembunyi di sebuah
tempat persembunyian
tatkala mendengar bahwa
Thalout dengan askarnya
sedang mengejarnya dan
sedang berada Tidak jauh
dari tempat
persembunyiannya. Ia
menyuruh beberapa orang
drp para pengikutnya untuk
melihat dan mengamat-
amati kedudukan Thalout
yang sudah berada dekat
dari tempat mereka
bersembunyi. Mereka
kembali memberitahukan
kepada Daud bahawa
Thalout dan askarnya sudah
berada di sebuah lembah
dekat dengan tempat
mereka dan sedang tertidur
semuanya dengan nyenyak.
Mereka berseru kepada Daud
jangan menyia-nyiakan
kesempatan yang baik ini
untuk memberi pukulan yang
memastikan kepada Thalout
dan askarnya. Anjuran
mereka ditolak oleh Daud
dan ia buat sementara
merasa cukup sebagai
peringatan pertama bagi
Thalout menggunting saja
sudut bajunya selagi ia
nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun
dari tidurnya, dihampirilah ia
oleh Daud yang seraya
menunjukkan potongan yang
digunting dari sudut bajunya
berkatalah ia kepadanya:
“Lihatlah pakaian bajumu
yang telah aku gunting
sewaktu engkau tidur
nyenyak. Sekiranya aku
mahu nescaya aku dengan
mudah telah membunuhmu
dan menceraikan kepalamu
dari tubuhmu, namun aku
masih ingin memberi
kesempatan kepadamu
untuk bertaubat dan ingat
kepada Tuhan serta
membersihkan hati dan
fikiranmu dari sifat-sifat
dengki, hasut dan buruk
sangka yang engkau jadikan
dalih untuk membunuh orang
sesuka hatimu. ”
Thalout tidak dapat
menyembunyikan rasa
terkejutnya bercampur malu
yang nampak jelas pada
wajahnya yang pucat. Ia
berkata menjawab Daud:
“Sungguh engkau adalah
lebih adil dan lebih baik hati
daripadaku. Engkau benar-
benar telah menunjukkan
jiwa besar dan perangai
yang luhur. Aku harus
mengakui hal itu. ”
Peringatan yang diberikan
oleh Daud belum dapat
menyedarkan Thalout.
Hasratnya yang keras untuk
mempertahankan
kedudukannya yang sudah
lapuk itu menjadikan ia lupa
peringatan yang ia terima
dari Daud tatkala digunting
sudut bajunya. Ia tetap
melihat Daud sebagai musuh
yang akan menghancurkan
kerajaannya dan mengambil
alih mahkotanya. Ia merasa
belum aman selama masih
hidup dikelilingi oleh para
pengikutnya yang makin
lama makin membesar
bilangannya. Ia enggan
menarik pengajaran dan
peristiwa perguntingan
bajunya dan mencuba sekali
lagi membawa askarnya
mengejar dan mencari Daud
untuk menangkapnya hidup
atau mati.
Sampailah berita pengejaran
Thalout ke telinga Daud buat
kali keduanya, maka
dikirimlah pengintai oleh
Daud untuk mengetahui
dimana tempat askar
Thalout berkhemah. Di
ketemukan sekali lagi
mereka sedang berada
disebuah bukit tertidur
dengan nyenyaknya karena
payah kecapaian. Dengan
melangkah beberapa
anggota pasukan yang lagi
tidur, sampailah Daud di
tempat Thalout yang lagi
mendengkur dalam tidurnya,
diambilnyalah anak panah
yang tertancap di sebelah
kanan kepala Thalout
berserta sebuah kendi air
yang terletak disebelah
kirinya. Kemudian dari atas
bukit berserulah Daud
sekeras suaranya kepada
anggota pasukan Thalout
agar mereka bangun ari
tidurnya dan menjaga baik-
baik keselamatan rajanya
yang nyaris terbunuh karena
kecuaian mereka. Ia
mengundang salah seorang
dari anggota pasukan untuk
datang mengambil kembali
anak panah dan kendi air
kepunyaan raja yang telah
dicuri dari sisinya tanpa
seorang pun dari mereka
yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang
dimaksudkan sebagai
peringatan kali kedua
kepada Thalout bahwa
pasukan pengawal yang
besar yang mengelilinginya
tidak akan dapat
menyelamatkan nyawanya
bila Allah menghendaki
merenggutnya. Daud
memberi dua kali peringatan
kepada Thalout bukan
dengan kata-kata tetapi
dengan perbuatan yang
nyata yang menjadikan ia
merasa ngeri
membayangkan kesudahan
hayatnya andaikan Daud
menuntut balas atas apa
yang ia telah lakukan dan
rancangkan untuk
pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah
ditunjukkan oleh daud dalam
kedua peristiwa itu telah
sangat berkesan dalam lubuk
hati Thalout.
Ia terbangun dari
lamunannya dan sedar
bahawa ia telah jauh
tersesat dalam sikapnya
terhadap Daud. Ia sedar
bahawa nafsu angkara
murka dan bisikan iblislah
yang mendorongkan dia
merancangkan pembunuhan
atas diri Daud yang tidak
berdosa, yang setia kepada
kerajaannya, yang berkali-
kali mempertaruhkan
jiwanya untuk kepentingan
bangsa dan negerinya, tidak
pernah berbuat kianat atau
melalaikan tugas dan
kewajibannya. Ia sedar
bahawa ia telah berbuat
dosa besar dengan
pembunuhan yang telah
dilakukan atas beberapa
pemuka agama hanya
kerana purba sangka yang
tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri
termenung membalik-balik
lembaran sejarah hidupnya,
sejak berada di desa
bersama ayahnya, kemudian
tanpa diduga dan disangka,
berkat rahmat dan kurnia
Allah diangkatlah ia menjadi
raja Bani Isra ’il dan
bagaimana Tuhan telah
mengutskan Daud untuk
mendampinginya dan
menjadi pembantunya yang
setia dan komandan
pasukannya yang gagah
perkasa yang sepatutnya
atas jasa-jasanya itu ia
mendapat penghargaan yang
setinggi-tingginya dan bukan
sebagaimana ia telah
lakukan yang telah
merancangkan
pembunuhannya dan
mengejar-gejarnya setelah
ia melarikan diri dari istana.
Dan walaupun ia telah
mengkhianati Daud dengan
rancangan jahatnya, Daud
masih berkenan memberi
ampun kepadanya dalam dua
kesempatan di mana ia
dengan mudah
membunuhnya andaikan dia
mahu.
Membayangkan peristiwa-2
itu semunya menjadi
sesaklah dada Thalout
menyesalkan diri yang telah
terjerumus oleh hawa nafsu
dan godaan Iblis sehingga ia
menyia-nyiakan kurnia dan
rahmat Allah dengan
tindakan-tindakan yang
bahkan membawa dosa dan
murka Allah. Maka untuk
menebuskan dosa-dosanya
dan bertaubat kepada Allah,
Thalout akhirnya mengambil
keputusan keluar dari kota
melepaskan mahkotanya
dan meninggalkan istananya
berserta segala kebesaran
dan kemegahannya lalu
pergilah ia berkelana dan
mengembara di atas bumi
Allah sampai tiba saatnya ia
mendapat panggilan
meninggalkan dunia yang
fana ini menuju alam yang
baka.
Syahdan, setelah istana
kerajaan Bani Isra ’il
ditinggalkan oleh Thalout
yang pergi tanpa
meninggalkan bekas,
beramai-ramailah rakyat
mengangkat dan
menobatkan Daud sebagai
raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani
urusan pemerintahan dan
kerajaan, mengadakan
peraturan dan menentukan
bagi dirinya hari-hari khusus
untuk melakukan ibadah dan
bermunajat kepada Allah,
hari-hari untuk peradilan,
hari-hari untuk berdakwah
dan memberi penerangan
kepada rakyat dan hari-hari
menyelesaikan urusan-
urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang
ditentukan untuk beribadah
dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak
diperkenankan seorang pun
menemuinya dan
mengganggu dalam
khalawatnya, sedang pada
hari-hari yang ditentukan
untuk peradilan maka ia
menyiapkan diri untuk
menerima segala lapuran
dan keluhan yang dikemukan
oleh rakyatnya serta
menyelesaikan segala
pertikaian dan perkelahian
yang terjadi diantara sesama
mereka. Peraturan itu diikuti
secara teliti dan diterapkan
secara ketat oleh para
pengawal dan petugas
keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia
harus menutup diri untuk
beribadah dan berkhalwat
datanglah dua orang lelaki
meminta izin dari para
pengawal untuk masuk bagi
menemui raja. Izin tidak
diberikan oleh para
pengawal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku,
namun lelaki itu memaksa
kehendaknya dan melalui
pagar yang dipanjat
sampailah mereka ke dalam
istana dan bertemu muka
dengan Daud.
Daud yang sedang
melakukan ibadahnya
terperanjat melihat kedua
lelaki itu sudah berada di
depannya, padahal ia yakin
para penjaga pintu istana
tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk
istana menemuinya.
Berkatalah kedua tamu yang
tidak diundang itu ketika
melihat wajah Daud menjadi
pucat tanda takut dan
terkejut: “Janganlah
terkejut dan janganlah takut.
Kami berdua datang kemari
untuk meminta keputusan
yang adil dan benar
mengenai perkara sengketa
yang terjadi antara kami
berdua.”
Nabi Daud tidak dapat
berbuat selain daripada
menerima mereka yang
sudah berada didepannya,
kendatipun tidak melalui
prosedur dan protokol yang
sepatutnya. Berkatalah ia
kepada mereka setelah pulih
kembali ketenangannya dan
hilang rasa paniknya:
“ Cubalah bentangkan
kepadaku persoalanmu
dalam keadaan yang
sebenarnya. ” Berkata seorh
daripada kedua lelaki itu:
“ Saudaraku ini memilki
sembilan puluh sembilan
ekor domba betina dan aku
hanya memilki seekor
sahaja. Ia menuntut dan
mendesakkan kepadaku
agar aku serahkan
kepadanya dombaku yang
seekor itu bagi melengkapi
perternakannya menjadi
genap seratus ekor. Ia
membawa macam-macam
alasan dan berbagai dalil
yang sangat sukar bagiku
untuk menolaknya,
mengingatkan bahawa ia
memang lebih cekap
berdebat dan lebih pandai
bertikam lidah daripadaku.”
Nabi Daud berpaling muka
kepada lelaki yang lain yang
sedang seraya bertanya:
“ Benarkah apa yang telah
diuraikan oleh saudara kamu
ini ?” “Benar” ,jawab
lelaki itu.
“ Jika memang demikian
halnya”, kata Daud, dengan
marah “maka engkau telah
berbuat zalim kepada
saudaramu ini dan
memperkosakan hak
miliknya dengan tuntutanmu
itu. Aku tidak akan
membiarkan engkau
melanjutkan tindakanmu
yang zalim itu atau engkau
akan menghadapi hukuman
pukulan pada wajah dan
hidungmu. Dan memang
banyak di antara orang-
orang yang berserikat itu
yang berbuat zalim satu
terhadap yang lain kecuali
mereka yang benar beriman
dan beramal soleh. ”
“Wahai Daud”, berkata
lelaki itu menjawab,
“ sebenarnya engkaulah
yang sepatut menerima
hukuman yang engkau
ancamkan kepadaku itu.
Bukankah engkau sudah
mempunyai sembilan puluh
sembilan perempuan
mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang
gadis yang sudah lama
bertunang dengan seorang
pemuda anggota tenteramu
sendiri yang setia dan bakti
dan sudah lama mereka
berdua saling cinta dan
mengikat janji. ”
Nabi Daud tercengang
mendengar jawapan lelaki
yang berani, tegas dan pedas
itu dan sekali lagi ia
memikirkan ke mana
sasaran dan tujuan kata-
kata itu, sekonyong-konyong
lenyaplah menghilang dari
pandangannya kedua susuk
tubuh kedua lelaki itu. Nabi
Daud berdiam diri tidak
mengubah sikap duduknya
dan seraya termenung
sedarlah ia bahawa kedua
lelaki itu adalah malaikat
yang diutuskan oleh Allah
untuk memberi peringatan
dan teguran kepadanya. Ia
seraya bersujud memohon
ampun dan maghfirah dari
Tuhan atas segala tindakan
dan perbuatan yang tidak
diredhai oleh-Nya. Allah
menyatakan menerima
taubat Daud, mengampuni
dosanya serta
mengangkatnya ke tingkat
para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang
dimaksudkan dalam
percakapan Daud dengan
kedua malaikat yang
menyerupai sebagai manusia
itu ialah “Sabigh binti
Sya’igh seorang gadis yang
berparas elok dan cantik,
sedang calon suaminya
adalah “Uria bin Hannan”
seorang pemuda jejaka yang
sudah lama menaruh cinta
dan mengikat janji dengan
gadis tersebut bahwa
sekembalinya dari medan
perang mereka berdua akan
melangsungkan
perkhawinan dan hidup
sebagai suami isteri yang
bahagia. Pemuda itu telah
secara rasmi meminang
Sabigh dari kedua orang
tuanya, yang dengan senang
hati telah menerima baik
uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak
dikatakan sewaktu Uria bin
Hannan berada di negeri
orang melaksanakan
perintah Daud berjihad untuk
menegakkan kalimah Allah,
terjadilah sesuatu yang
menghancurkan rancangan
syahdunya itu dn menjadilah
cita-citanya untuk
beristerikan Sabigh gadis
yang diidam-idamkan itu,
seakan-akan impian atau
fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria
masih berada jauh di negeri
orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad,
tertangkaplah paras Sabigh
yang ayu itu oleh kedua
belah mata Daud dan dari
pandangan pertama itu
timbullah rasa cinta di dalam
hati Daud kepada sang gadis
itu, yang secara sah adalah
tunangan dari salah seorang
anggota tenteranya yang
setia dan cekap. Daud tidak
perlu berfikir lama untuk
menyatakan rasa hatinya
terhadap gadis yang cantik
itu dan segera mendatangi
kedua orang tuanya
meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah
yang akan berfikir akan
menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk
menjadi anak menantunya.
Bukankah merupakan suatu
kemuliaan yang besar
baginya untuk menjadi ayah
mertua dari Daud seorang
pesuruh Allah dan raja Bani
Isra ’il itu. Dan walaupun
Sabigh telah diminta oleh
Uria namin Uria sudah lama
meninggalkan tunangannya
dan tidak dapat dipastikan
bahwa ia akan cepat kembali
atau berada dalam keadaan
hidup. Tidak bijaksanalah
fikir kedua orang tua Sabigh
untuk menolak uluran tangan
Daud hanya semata-mata
karena menantikan
kedatangan Uria kembali dari
medan perang. Maka
diterimalah permintaan Daud
dan kepadanya
diserahkanlah Sabigh untuk
menjadi isterinya yang sah.
Demikianlah kisah
perkhawinan Daud dan
Sabigh yang menurut para
ahli tafsir menjadi sasaran
kritik dan teguran Allah
melalui kedua malaikat yang
merupai sebagai dua lelaki
yang datang kepada Nabi
Daud memohon penyelesaian
tentang sengketa mereka
perihal domba betina
mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra’il
Di antara ajaran-2 Nabi Musa
a.s. kepada Bani Isra ’il ialah
bahawa mereka mewajibkan
untuk mengkhususkan satu
hari pada tiap minggu bagi
melakukan ibadah kepada
Allah mensucikan hati dan
fikiran mereka dengan
berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia
dan nikmat Tuhan, bersolat
dan melakukan perbuatan-2
yang baik serta amal-2 soleh.
Diharamkan bagi mereka
pada hari yang ditentukan itu
untuk berdagang dan
melaksanakan hal-hal yang
bersifat duniawi.
Pada mulanya hari
Jumaatlah yang ditunjuk
sebagai hari keramat dan
hari ibadah itu, alan tetapi
mereka meminta dari Nabi
Musa agar hari ibadah itu
dijatuhkan pada setiap hari
Sabtu, mengingatkan bahwa
pada hari itu Allah selesai
menciptakan makhluk-Nya.
Usul perubahan yang mereka
ajukan itu diterima oleh Nabi
Musa, maka sejak itu, hari
Sabtu pada setiap minggu
daijadikan hari mulia dan
suci, di mana mereka tidak
melakukan perdagangan dan
mengusahakan urusan-2
duniawi. Mereka hanya
tekun beribadah dan ebrbuat
amal-amal kebajikan yang
diperintahkan oleh agama.
Demikianlah hari berganti
hari, bulan berganti bulan
dan tahun berganti tahun
namun adat kebiasaan
mensucikan hari Sabtu tetap
dipertahankan turun
temurun dan generasi demi
generasi.
Pada masa Nabi Daud
berkuasa di suatu desa
bernama “Ailat” satu
diantara beberapa desa yang
terletak di tepi Laut Merah
bermukim sekelompok kaum
dari keturunan Bani Isra ’il
yang sumber percariannya
adalah dari penangkapan
ikan, perdagangan dan
pertukangan yang
dilakukannya setiap hari
kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah
mensucikan hari Sabtu di
mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan
atau penangkapan ikan,
maka pasar-pasar dan
tempat-2 perniagaan di desa
itu menjadi sunyi senyap
pada tiap hari dan malam
sabtu, sehingga ikan-2 di laut
tampak terapung-apung di
atas permukaan air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua
buah batu besar berwarna
putih terletak ditepi laut
dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu
seolah-olah sudah terbiasa
bahwa pada tiap malam dan
hari Sabtu terasa aman
bermunculan di atas
permukaan air tanpa
mendapat gangguan dari
para nelayan tetapi begitu
matahari terbenam pada
Sabtu senja menghilanglah
ikan-ikan itu kembali ke
perut dan dasar laut sesuai
dengan naluri yang dimiliki
oleh tiap binatang makhluk
Allah.
Para nelayan desa Ailat yang
pd hari-hari biasa tidak
pernah melihat ikan begitu
banyak terapung-apung di
atas permukaan air, bahkan
sukar mendapat menangkap
ikan sebanyak yang
diharapkan, menganggap
adalah kesempatan yang
baik dan menguntungkan
sekali bila mereka
melakukan penangkapan
ikan pada tiap malam dan
hari Sabtu. Fikiran itu tidak
disia-siakan dan tanpa
menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasaan
yang sudah berlaku sejak
Nabi Musa
memerintahkannya, pergilah
mereka ramai-ramai ke
pantai menangkap ikan di
malam dan hari yang
terlarang itu, sehingga
berhasillah mereka
menangkap ikan sepuas hati
mereka dan sebanyak yang
mereka harapkan, Berbeda
jauh dengan hasil mereka di
hari-hari biasa.
Para penganut yang setia
dan para mukmin yang soleh
datang menegur para orang
fasiq yang telah berani
melanggar kesucian hari
Sabtu. Mereka diberi nasihat
dan peringatan agar
menghentikan perbuatan
mungkar mereka dan
kembali mentaati perintah
agama serta menjauhkan diri
dari semua larangannya,
supay menghindari murka
Allah yang dapat mencabut
kurnia dan nikmat yang telah
diberikan kepada mereka.
Nasihat dan peringatan para
mukmin itu tidak dihiraukan
oleh para nelayan yang
membangkang itu bahkan
mereka makin giat
melakukan pelanggaran
secara demonstratif karena
sayang akan kehilangan
keuntungan material yang
besar yang mereka perolrh
dan penangkapan ikan di
hari-hari yang suci. Akhirnya
pemuka-pemuka agama
terpaksa mengasingkan
mereka dari pergaulan dan
melarangnya masuk ke
dalam kota dengan
menggunakan senjata kalau
perlu.
Berkata para nelayan
pembangkang itu
memprotes:
“ sesungguhnya kota Ailat
adalah kota dan tempat
tinggal kami bersama kami
mempunyai hak yang sama
seperti kamu untuk tinggal
menetap di sini dan sesekali
kamu tidak berhak melarang
kami memasuki kota kami ini
serta melarang kami
menggali sumber-2
kekayaan yang terdapat di
sini bagi kepentingan hidup
kami. Kami tidak akan
meninggalkan kota kami ini
dan pergi pindah ke tempat
lain. Dan jika engkau enggan
bergaul dengan kami maka
sebaiknya kota Ailat ini di
bagi menjadi dua bahagian
dipisah oleh sebuah tembok
pemisah, sehingga masing-2
pihak bebas berbuat dan
melaksanakan usahanya
tanpa diganggu oleh mana-
mana pihak lain. ”
Dengan adanya garis
pemisah antara para nelayan
pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama
yang taat bebaslah mereka
melaksanakan usaha
penangkapan ikan semahu
hatinya secara besar-
besaran pada tiap-tiap hari
tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2
air bagi mengalirkan air laut
ke dekat rumah-2 mereka
dengan mengadakan
bendungan-2 yang
mencegahkan kembalinya
ikan-2 le laut bila matahari
terbenam pada setiap
petang Sabtu pada waktu
mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur
kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin
manjadi kaya karena
keuntungan besar yang
meeka peroleh dari hasil
penangkapan ikan yang
bebas menjadi makin berani
melakukan maksiat dan
pelanggaran perintah-2
agama yang menjurus
kepada kerusakkan akhlak
dan moral mereka.
Sementara para pemuka
agama yang melihat para
nelayan itu makin berani
melanggar perintah Allah dan
melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan di daerah
mereka sendiri masih rajin
mendatangi mereka dari
masa ke semasa
memperingatkan mereka
dan memberi nasihat ,
kalau-2 masih dapat ditarik
ke jalan yang benar dan
bertaubat dari perbuatan
maksiat mereka. Akan tetapi
kekayaan yang mereka
peroleh dari hasil
penangkapan yang berganda
menjadikan mata mereka
buta untuk melihta cahaya
kebenaran, telinga mereka
pekak untuk mendengar
nasihat-2 para pemuka
agama dan lubuk hati
mereka tersumbat oleh
nafsu kemaksiatan dan
kefasiqan, sehingga
menjadikan sebahagian dari
pemuka dan penganjur
agaam itu berputus asa dan
berkata kepada sebahagian
yang masih menaruh
harapan: “Mengapa kamu
masih menasihati orang-
orang yang akan dibinasakan
oleh Allah dan akan ditimpahi
hati orang-orang yang akan
dibinasakan oleh Allah dan
akan ditimpahi azab yang
sangat keras.”
Demikianlah pula Nabi Daud
setelah melihat bahawa
segala nasihat dan
peringatan kepada kaumnya
hanya dianggap sebagai
angin lalu atau seakan suara
di padang pasir belaka dan
melihat tiada harapan lagi
bahwa mereka akan sedar
dan insaf kembali maka
berdoalah beliau memohon
kepada Allah agar menggajar
mereka dengan seksaan dan
azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan
oleh Allah dan terjadilah
suatu gempa bumi yang
dahsyat yang membinasakan
orang-orang yang telah
membangkang dan berlaku
zalim terhadap diri mereka
sendiri dengan mengabaikan
perintah Allah dan perintah
para hamba-Nya yang soleh.
Sementara mereka yang
mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan
terhindarlah dari malapetaka
yang melanda itu.
Beberapa Kurniaan Allah
Kepada Nabi Daud
Allah mengutusnya sebagai
nabi dan rasul mengurniainya
nikmah, kesempurnaan ilmu,
ketelitian amal perbuatan
serta kebijaksanaan dalam
menyelesaikan perselisihan.
Kepadanya diturunkan kitab
“ Zabur”, kitab suci yang
menghimpunkan qasidah-2
da sajak-2 serta lagu-2 yang
mengandungi tasbih dan
pujian-pujian kepada Allah,
kisah umat-2 yang dahulu
dan berita nabi-nabi yang
akan datang, di antaranya
berita tentang datangnya
Nabi Muhammad s.a.w.
Allah menundukkan
gunung-2 dan
memerintahkannya
bertasbih mengikuti tasbih
Nabi Daud tiap pagi dan
senja.
Burung-2 pun turut bertasbih
mengikuti tasbih Nabi Daud
berulang-ulang.
Nabi Daud diberi peringatan
tentang maksud suara atau
bahasa burung-2.
Allah telah memberinya
kekuatan melunakkan besi,
sehingga ia dapat membuat
baju-baju dan lingkaran-2
besi dengan tangannya
tanpa pertolongan api.
Nabi Daud telah diberikannya
kesempatan menjadi raja
memimpin kerajaan yang
kuat yang tidak dapat
dikalahkan oleh musuh,
bahkan sebaliknya ia selalu
memperolehi kemenangan di
atas semua musuhnya.
Nabi Daud dikurniakan suara
yang merdu oleh Allah yang
enak didengar sehingga kini
ia menjadi kiasan bila
seseorang bersuara merdu
dikatakan bahawa ia
memperolehi suara Nabi
Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah
Sabtunya Bani Isra ’il
terdapat dalam Al-Quran
surah “Saba’” ayat 11,
surah “An-Nisa’” ayat
163, surah “Al-Isra’”
ayat 55, surah “Shaad”
ayat 17 sehingga ayat 26 dan
surah “Al-’Aaraaf” ayat
163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari
Kisah Nabi Daud A.S
Allah telah memberikan
contoh bahwa seseorang
yang bagaimana pun besar
dan perkasanya yang hanya
menyandarkan diri kepada
kekuatan jasmaninya dapat
dikalahkan oleh orang yang
lebih lemah dengan hanya
sesuatu benda yang tidak
bererti sebagaimana Daud
yang muda usia dan lemah
fizikal mengalahkan Jalout
yang perkasa itu dengan
bersenjatakan batu sahaja.
Seorang yang lemah dan
miskin tidak patut berputus
asa mencari hasil dan
memperoleh kejayaan dalam
usaha dan perjuangannya
selama ia bersandarkan
kepada takwa dan iman
kepada Allah yang akan
melindunginya.
Kemenangan Daud atas
Jalout tidak menjadikan dia
berlaku sombong dan
takabbur, bahkan sebaliknya
ia bersikap rendah hati dan
lemah-lembut terhadap
kawan maupun lawan
sumber: http://
www.dzikir.org

Tuesday, February 1, 2011

nabi ayyub as

Berkata salah seorang
malaikat kepada kawan-
kawannya yang lagi
berkumpul berbincang-
bincang tentang tingkah-laku
makhluk Allah, jenis manusia
di atas bumi : “Aku tidak
melihat seorang manusia
yang hidup di atas bumi Allah
yang lebih baik dari hamba
Allah Ayyub ”. Ia adalah
seorang mukmin sejati ahli
ibadah yang tekun. Dari
rezeki yang luas dan harta
kekayaan yang diberikan
oleh Allah kepadanya, ia
mengenepikan sebahagian
untuk menolong orang-orang
yang memerlukan para fakir
miskin. Hari-harinya terisi
penuh dengan ibadah, sujud
kepada Allah dan bersyukur
atas segala nikmat dan
kurnia yang diberikan
kepadanya. ”
Para kawanan malaikat yang
mendengarkan kata-kata
pujian dan sanjungan untuk
diri Ayyub mengakui
kebenaran itu bahkan
masing-masing
menambahkan lagi dengan
menyebut beberapa sifat
dan tabiat yang lain yang ada
pada diri Ayyub.
Percakapan para malaikat
yang memuji-muji Ayyub itu
didengar oleh Iblis yang
sedang berada tidak jauh
dari tempat mereka
berkumpul. Iblis merasa
panas hati dan jengkel
mendengar kata-kata pujian
bagi seseorang dari
keturunan Adam yang ia
telah bersumpah akan
disesatkan ketika ia
dikeluarkan dari syurga
kerananya. Ia tidak rela
melihat seorang dari anak
cucu anak Nabi Adam
menjadi seorang mukmin
yang baik, ahli ibadah yang
tekun dan melakukan amal
soleh sesuai dengan perintah
dan petunjuk Allah.
Pergilah Iblis mendatangi
Ayyub untuk menyatakan
sendiri sampai sejauh mana
kebenaran kata-kata pujian
para malaikat itu kepada diri
Ayyub. Ternyata memang
benar Ayyub patut mendapat
segala pujian itu. Ia
mendatangi Ayyub
bergelimpangan dalam
kenikmatan duniawi,
tenggelam dalam kekayaan
yang tidak ternilai besarnya,
mengepalai keluarga yang
besar yang hidup rukun,
damai dan bakti. Ia
mendapati Ayyub tidak
tersilau matanya oleh
kekayaan yang ia miliki dan
tidak tergoyahkan imannya
oleh kenikmatan duniawinya.
Siang dan malam ia sentiasa
menemui Ayyub berada di
mihrabnya melakukan solat,
sujud dan tasyakur kepada
Allah atas segala pemberian-
Nya. Mulutnya tidak berhenti
menyebut nama Allah
berzikir, bertasbih dan
bertahmid. Ayyub ditemuinya
sebagai seorang yang penuh
kasih sayang terhadap
sesama makhluk Allah yang
lemah, yang lapar diberinya
makan, yang telanjang
diberinya pakaian, yang
bodoh diajar dan dipimpin
dan yang salah ditegur.
Iblis gagal dalam usahanya
memujuk Ayyub. Telinga
Ayyub pekak terhadap
segala bisikannya dan
fitnahannya dan hatinya
yang sudah penuh dengan
iman dan takwa tidak ada
tempat lagi bagi bibit-bibit
kesesatan yang ditaburkan
oleh Iblis. Cinta dan taatnya
kepada Allah merupakan
benteng yang ampuh
terhadap serangan Iblis
dengan peluru kebohongan
dan pemutar-balikan
kebenaran yang semuanya
mental tidak mendapatkan
sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis bukanlah
Iblis jika ia berputus asa dan
kegagalannya memujuk
Ayyub secara langsung. Ia
pergi menghadapi kepada
Allah untuk menghasut. Ia
berkata : ” Wahai Tuhan,
sesungguhnya Ayyub yang
menyembah dan memuji-
muji-Mu, bertasbih dan
bertahmid menyebut nama-
Mu, ia tidak berbuat
demikian seikhlas dan
setulus hatinya kerana cinta
dan taat pada-Mu. Ia
melakukan itu semua dan
berlaku sebagai hamba yang
soleh tekun beribadah
kepada-Mu hanya kerana
takut akan kehilangan
semua kenikmatan duniawi
yang telah Engkau kurniakan
kepadanya. Ia takut, jika ia
tidak berbuat demikian ,
bahawa engkau akan
mencabut daripadanya
segala nikmat yang telah ia
perolehnya berupa puluhan
ribu haiwan ternakan,
beribu-ribu hektar tanah
ladang, berpuluh-puluh
hamba sahaya dan
pembantu serta keluarga
dan putera-puteri yang soleh
dan bakti. Tidakkah
semuanya itu patut disyukuri
untuk tidak terlepas dari
pemilikannya dan habis
terkena musibah? Di samping
itu Ayyub masih
mengharapkan agar
kekayaannya bertambah
menjadi berlipat ganda.
Untuk tujuan dan maksud
itulah Ayyub mendekatkan
diri kepada-Mu dengan
ibadah dan amal-amal
solehnya dan andai kata ia
terkena musibah dan
kehilangan semua yang ia
miliki, nescaya ia akan
mengubah sikapnya dan
akan melalaikan
kewajibannya beribadah
kepada-Mu. ”
Allah berfirman kepada Iblis :
” Sesungguhnya Ayyub
adalah seorang hamba-Ku
yang sangat taat kepada-Ku,
ia seorang mukmin sejati,
apa yang ia lakukan untuk
mendekati dirinya kepada-Ku
adalah semata-mata
didorong oleh iman yang
teguh dan taat yang bulat
kepada-Ku. Iman dan takwa
yang telah meresap di dalam
lubuk hatinya serta
menguasai seluruh jiwa
raganya tidak akan tergoyah
oleh perubahan keadaan
duniawinya. Cintanya
kepada-Ku yang telah
menjiwai amal ibadah dan
kebajikannya tidak akan
menurun dan menjadi
kurang, musibah apa pun
yang akan melanda dalam
dirinya dan harta
kekayaannya. Ia yakin
seyakin-yakinnya bahwa apa
yang ia miliki adalah
pemberian-Ku yang
sewaktu-waktu dapat Aku
cabut daripadanya atau
menjadikannya bertambah
berlipat ganda. Ia bersih dari
semua tuduhan dan
prasangkamu. Engkau
memang tidak rela
melihathamba-hamba-Ku
anak cucu Adan berada di
atas jalan yang benar, lurus
dan tidak tersesat. Dan untuk
menguji keteguhan hati
Ayyub dan kebulatan
imannya kepada-Ku dan
kepada takdir-Ku, Aku
izinkan engkau untuk
mencuba menggodanya
serta memalingkannya
daripada-Ku. Kerahkanlah
pembantu-pembantumu
menggoda Ayyub melalui
harta kekayaannya dan
keluarganya. Cuba
binasakanlah harta
kekayaannya dan cerai-
beraikanlah keluarganya
yang rukun dan bahagia itu
dan lihatlah sampai di mana
kebolehanmu menyesatkan
dan merusakkan iman
hamba-Ku Ayyub itu. ”
Dikumpulkanlah oleh Iblis
syaitan-syaitan,
pembantunya, diberitahukan
bahawa ia telah
mendapatkan izin dari Tuhan
untuk mengganyang ayyub,
merusak aqidah dan imannya
dan memalingkannya dari
Tuhannya yang ia sembah
dengan sepenuh hati dan
keyakinan. Jalannya ialah
dengan memusnahkan harta
kekayaannya sehingga ia
menjadi seorang yang papa
dan miskin, mencerai-
beraikan keluarganya
sehingga ia menjadi
sebatang kara tidak
berkeluarga, Iblis berseru
kepada pembantu-
pembantunya itu agar
melaksanakan tugas
penyesatan Ayyub sebaik-
baiknya dengan segala daya
dan siasat apa saja yang
mereka dapat lakukan.
Dengan berbagai cara
gangguan, akhirnya
berhasillah kawanan syaitan
itu menghancurkan-luluhkan
kekayaan Ayyub, yang
dimulai dengan haiwan-
haiwan ternakannya yang
bergelimpangan mati satu
persatu sehingga habis sama
sekali, kemudian disusul
ladang-ladang dan kebun-
kebun tanamannya yang
rusak menjadi kering dan
gedung-gedungnya yang
terbakar habis dimakan api,
sehingga dalam waktu yang
sangat singkat sekali Ayyub
yang kaya-raya tiba-tiba
menjadi seorang papa miskin
tidak memiliki selain hatinya
yang penuh iman dan takwa
serta jiwanya yang besar.
Setelah berhasil
menghabiskan kekayaan dan
harta milik Ayyub datanglah
Iblis kepadanya menyerupai
sebagai seorang tua yang
tampak bijaksana dan
berpengalaman dan berkata:
“ Sesungguhnya musibah
yang menimpa dirimu sangat
dahsyat sekali sehingga
dalam waktu yang begitu
sempit telah habis semua
kekayaanmu dan hilang
semua harta kekayaan
milikmu. Kawan-kawanmu
merasa sedih ssedang
musuh-musuhmu bersenang
hati dan gembira melihat
penderitaan yang engkau
alami akibat musibah yang
susul-menyusul melanda
kekayaan dan harta milikmu.
Mereka bertanya-tanya,
gerangan apakah yang
menyebabkan Ayyub
tertimpa musibah yang
hebat itu yang
menjadikannya dalam
sekelip mata kehilangan
semua harta miliknya.
Sementara orang dari
mereka berkata bahawa
mungkin kerana Ayyub tidak
ikhlas dalam ibadah dan
semua amal kebajikannya
dan ada yang berkata
bahawa andaikan Allah,
Tuhan Ayyub, benar-benar
berkuasa, nescaya Dia dapat
menyelamatkan Ayyub dari
malapetaka, mengingat
bahawa ia telah
menggunakan seluruh
waktunya beribadah dan
berzikir, tidak pernah
melanggar perintah-Nya .
Seorang lain menggunjing
dengan mengatakan bahawa
mungkin amal ibadah Ayyub
tidak diterima oleh Tuhan,
kerana ia tidak melakukan
itu dari hati yang bersih dan
sifat ria dan ingin dipuji dan
banyak lagi cerita-cerita
orang tentang kejadian yang
sangat menyedihkan itu.
Akupun menaruh simpati
kepadamu, hai Ayyub dan
turut bersedih hati dan
berdukacita atas nasib yang
buruk yang engkau telah
alami. ”
Iblis yang menyerupai
sebagai orang tua itu –
mengakhiri kata-kata
hasutannya seraya
memperhatikan wajah
Ayyub yang tetap tenang
berseri-seri tidak
menampakkan tanda-tanda
kesedihan atau sesalan yang
ingin ditimbulkan oleh Iblis
dengan kata-kata racunnya
itu. Ayyub berkata
kepadanya : “Ketahuilah
bahawa apa yang aku telah
miliki berupa harta benda,
gedung-gedung, tanah
ladang dan haiwan ternakan
serta lain-lainnya semuanya
itu adalah barangan titipan
Allah yang diminta-Nya
kembali setelah aku cukup
menikmatinya dan
memanfaatkannya
sepanjang masa atau ibarat
barang pinjaman yang
diminta kembali oleh
tuannya jika saatnya telah
tiba. Maka segala syukur dan
ouji bagi Allah yang telah
memberikan kurniaan-Nya
kepadaku dan mencabutnya
kembali pula dari siapa yang
Dia kehendaki dan
mencabutnya pula dari siapa
saja yang Dia suka. Dia
adalah yang Maha Kuasa
mengangkat darjat
seseorang atau
menurunkannya menurut
kehendak-Nya. kami sebagai
hamba-hamba makhluk-Nya
yang lemah patut berserah
diri kepada-Nya dan
menerima segala qadha’
dan takdir-Nya yang kadang
kala kami belum dapat
mengerti dan menangkap
hikmah yang terkandung
dalam qadha ’ dan takdir-
Nya itu.”
Selesai mengucapkan kata-
kata jawabnya kepada Iblis
yang sedang duduk
tercenggang di depannya,
menyungkurlah Ayyub
bersujud kepada Allah
memohon ampun atas segala
dosa dan keteguhan iman
serta kesabaran atas segala
cubaan dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan
rumah Ayyub dengan rasa
kecewa bahawa racun
hasutannya tidak termakan
oleh hati hamba Allah yang
bernama Ayyub itu. Akan
tetapi Iblis tidak akan pernah
berputus asa melaksanakan
sumpah yang ia telah
nyatakan di hadapan Allah
dan malaikat-Nya bahawa ia
akan berusaha menyesatkan
Bani Adam di mana saja
mereka berada. Ia
merencanakan melanjutkan
usaha gangguan dan
godaannya kepada Ayyub
lewat penghancuran
keluarganya yang sedang
hidup rukun, damai dan
saling hidup cinta mencintai
dan harga menghargai. Iblis
datang lagi menghadap
kepada Tuhan dan meminta
izin meneruskan usahanya
mencuba Ayyub. Berkata ia
kepada Tuhan: “Wahai
Tuhan, Ayyub tidak termakan
oleh hasutanku dan sedikit
pun tidak goyah iman dan
aqidahnya kepada-Mu meski
pun ia sudah kehilangan
semua kekayaannya dan
kembali hidup papa dan
miskin kerana ia masih
mempunyai putera-putera
yang cekap yang dapat ia
andalkan untuk
mengembalikan semua yang
hilang itu dan menjadi
sandaran serta tumpuan
hidupnya di hari tuanya.
Menurut perkiraanku, Ayyub
tidak akan bertahan jika
musibah yang mengenai
harta kekayaannya
mengenai keluarganya pula,
apa lagi bila ia sangat sayang
dan mencintai, maka
izinkanlah aku mencuba
kesabarannya dan
keteguhannya kali ini melalui
godaan yang akan aku
lakukan terhadap
keluarganya dan putera-
puteranya yang ia sangat
sayang dan cintai itu. ”
Allah meluluskan permintaan
Iblis itu dan berfirman: “Aku
mengizinkan engkau
mencuba sekali lagi
menggoyahkan hati Ayyub
yang penuh iman, tawakkal
dan kesabaran tiu dengan
caramu yang lain, namun
ketahuilah bahawa engkau
tidak akan berhasil mencapai
tujuanmu melemahkan iman
Ayyub dan menipiskan
kepercayaannya kepada-
Ku. ”
Iblis lalu pergi bersama
pembantu-pembantunya
menuju tempat tinggal
putera-putera Ayyub di suatu
gedung yang penuh dengan
sarana-sarana kemewahan
dan kemegahan, lalu
digoyangkanlah gedung itu
hingga roboh berantakan
menjatuhi dan menimbuni
seluruh penghuninya.
Kemudian cepat-cepatlah
pergi Iblis mengunjungi
Ayyub di rumahnya,
menyerupai sebagai seorang
dari kawan-kawan Ayyub,
yang datang menyampaikan
takziah dan menyatakan
turut berdukacita atas
musibah yang menimpa
puteranya. Ia berkata
kepada Ayyub dalam
takziahnya: “Hai Ayyub,
sudahkah engkau melihat
putera-puteramu yang mati
tertimbun di bawah runtuhan
gedung yang roboh akibat
gempa bumi? Kiranya, wahai
Ayyub, Tuhan tidak
menerima ibadahmu selama
ini dan tidak melindungimu
sebagai imbalan bagi amal
solehmu dan sujud rukukmu
siang dan malam. ”
Mendengar kata-kata Iblis
itu, menangislah Ayyub
tersedu-sedu seraya
berucap: “Allahlah yang
memberi dan Dia pulalah
yang mengambil kembali.
Segala puji bagi-Nya, Tuhan
yang Maha Pemberi dan
Maha Pencabut. ”
Iblis keluar meninggalkan
Ayyub dalam keadaan
bersujud munajat dengan
rasa jengkel dan marah
kepada dirinya sendiri
kerana telah gagal untuk
kedua kalinya memujuk dan
menghasut Ayyub. Ia pergi
menghadap Tuhan dan
berkata: “Wahai Tuhan,
Ayyub sudah kehilangan
semua harta benda dan
seluruh kekayaannya dan
hari ini ia ditinggalkan oleh
putera-puteranya yang mati
terbunuh di bawah runtuhan
gedung yang telah kami
hancurkan , namun ia masih
tetap dalam keadaan
mentalnya yang kuat dan
sihat. Ia hanya menangis
tersedu-sedu namun
batinnya, jiwanya, iman dan
kepercayaannya kepada-Mu
tidak tergoyah sama sekali.
Izinkan aku mencubanya kali
ini mengganggu kesihatan
bandanya dan kekuatan
fizikalnya, kerana jika ia
sudah jatuh sakit dan
kekuatannya menjadi
lumpuh, nescaya ia akan
mulai malas melakukan
ibadah dan lama-kelamaan
akan melalaikan
kewajibannya kepada-Mu
dan menjadi lunturlah iman
dan akidahnya. ”
Allah tetap menentang Iblis
bahawa ia tidak akan
berhasil dalam usahanya
menggoda Ayyub walau
bagaimana pun besarnya
musibah yang ditimpakan
kepadanya dan bagaimana
pun beratnya cubaan yang
dialaminya. Kerana Allah
telah menetapkan dia
menjadi teladan kesabaran,
keteguhan iman dan
ketekunan beribadah bagi
hamba-hamba-Nya. Allah
berfirman kepada Iblis:
“ Bolehlah engkau mencuba
lagi usahamu mengganggu
kesihatan badan dan
kekuatan fizikal Ayyub. Aku
akan lihat sejauh mana
kepandaianmu mengganggu
dan menghamba pilihan-Ku
ini.”
Iblis lalu memerintahkan
kepada anak buahnya agar
menaburkan benih-benih
baksil penyakit ke dalam
tubuh Ayyub. Baksil-baksil
ysng ditaburkan itu segera
mengganyang kesihatan
Ayyub yang menjadikan ia
menderita berbagai-bagai
penyakit, deman panas,
batuk dan lain-lain lagi
sehingga menyebabkan
badannya makin lama makin
kurus, tenaganya makin
lemah dan wajahnya
menjadi pucat tidak
berdarah dan kulitnya
menjadi berbintik-bintik .
Ianya akhir dijauhi oleh
orang-orang sekampungnya
dan oleh kawan-kawan
dekatnya, kerana penyakit
Ayyub dapat menular dengan
cepatnya kepada orang-
orang yang menyentuhnya
atau mendekatinya. Ia
menjadi terasing daripada
pergaulan orang di
tempatnya dan hanya
isterinyalah yang tetap
mendampinginya,
merawatnya dengan penuh
kesabaran dan rasa kasih
sayang, melayani segala
keperluannya tanpa
mengeluh atau menunjukkan
tanda kesal hati dari
penyakit suaminya yang
tidak kunjung sembuh itu.
Iblis memperhatikan Ayyub
dalam keadaan yang sudah
amat parah itu tidak
meninggalkan adat
kebiasaannya, ibadahnya,
zikirnya, ia tidak mengeluh,
tidak bergaduh, ia hanya
menyebut nama Allah
memohon ampun dan
lindungan-Nya bila ia
merasakan sakit. Iblis
merasa kesal hati dan
jengkel melihat ketabahan
hati Ayyub menanggung
derita dan kesabarannya
menerima berbagai musibah
dan ujian. Iblis kehabisan
akal, tidak tahu apa usaha
lagi yang harus diterapkan
bagi mencapai tujuannya
merusakkan aqidah dan iman
Ayyub. Ia lalu meminta
bantuan fikiran dari para
kawan-kawan
pembantunya, apa yang
harus dilakukan lagi untuk
menyesatkan Ayyub setelah
segala usahanya gagal tidak
mencapai sasarannya.
Bertanya mereka
kepadanya: “Di manakah
kepandaianmu dan tipu
dayamu yang ampuh serta
kelincinanmu menyebar
benih was-was dan ragu ke
dalam hati manusia yang
biasanya tidak pernah sia-
sia?” Seorang pembantu
lain berkata: “Engkau telah
berhasil mengeluarkan Adam
dari syurga, bagaimanakah
engkau lakukan itu
semuanya sampai
berhasilnya tujuanmu itu ?”
“Dengan memujuk
isterinya”, jawab Iblis.
“Jika demikian” berkata
syaitan itu kembali,
“ Laksanakanlah siasat itu
dan terapkanlah terhadap
Ayyub, hembuskanlah
racunmu ke telinga isterinya
yang tampak sudah agak
kesal merawatnya, namun
masih tetap patuh dan
setia.”
“Benarlah dan tepat
fikiranmu itu,” kata Iblis,
“Hanya tinggal itulah satu-
satu jalan yang belum aku
cuba. Pasti kali ini dengan
cara menghasut isterinya
aku akan berhasil
melaksanakan akan
maksudku selama ini. ”
Dengan rencana barunya
pergilah Iblis mendatangi
isteri Ayyub, menyamar
sebagai seorang kawan
lelaki yang rapat dengan
suaminya. Ia berkata kepada
isteri Ayyub: “Apa khabar
dan bagaimana keadaan
suamimu di ketika ini ?”
Seraya mengarahkan jari
telunjuknya ke arah
suaminya, berkata isteri
Ayyub kepada Iblis itu,
tamunya: “Itulah dia
terbaring menderita
kesakitan, namun mulutnya
tidak henti-hentinya berzikir
menyebut nama Allah. Ia
masih berada dalam keadaan
parah, mati tidak hidup pun
tidak.”
Kata-kata isteri Ayyub itu
menimbulkan harapan bagi
Iblis bahawa ia kali ini akan
berhasil maka diingatkanlah
isteri Ayyub akan masa
mudanya di mana ia hidup
dengan suaminya dalam
keadaan sihat, bahagia dan
makmur dan
dibawakannyalah kenang-
kenangan dan kemesraan.
Kemudian keluarlah Iblis dari
rumah Ayyub meninggalkan
isteri Ayyub duduk
termenung seorang diri,
mengenangkan masa
lampaunya, masa kejayaan
suaminya dan kesejahteraan
hidupnya, membanding-
bandingkannya dengan masa
di mana berbagai
penderitaan dan musibah
dialaminya, yang dimulai
dengan musnahnya
kekayaan dan harta-benda,
disusul dengan kematian
puteranya, dan kemudian
yang terakhirnya diikuti oleh
penyakit suaminya yang
parah yang sangat
menjemukan itu. Isteri Ayyub
merasa kesepian berada di
rumah sendirian bersama
suaminya yang terbaring
sakit, tiada sahabat tiada
kerabat, tiada handai, tiada
taulan, semua menjauhi
mereka kerana khuatir
kejangkitan penyakit kulit
Ayyub yang menular dan
menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas
panjang datanglah isteri
Ayyub mendekati suaminya
yang sedang menderita
kesakitan dan berbisik-bisik
kepadanya berkata: “Wahai
sayangku, sampai bilakah
engkau terseksa oleh
Tuhanmu ini? Di manakah
kekayaanmu, putera-
puteramu, sahabat-
sahabatmu dan kawan-
kawan terdekatmu? Oh,
alangkah syahdunya masa
lampau kami, usia muda,
badan sihat, sarana
kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup tersedia
dikelilingi oleh keluarga dan
terulang kembali masa yang
manis itu? Mohonlah wahai
Ayyub dari Tuhanmu, agar
kami dibebaskan dari segala
penderitaan dan musibah
yang berpanjangan ini.”
Berkata Ayyub menjawab
keluhan isterinya: “Wahai
isteriku yang kusayangi,
engkau menangisi
kebahagiaan dan
kesejahteraan masa yang
lalu, menangisi anak-anak
kita yang telah mati diambil
oleh Allah dan engkau minta
aku memohon kepada Allah
agar kami dibebaskan dari
kesengsaraan dan
penderitaan yang kami alami
masa kini. Aku hendak
bertanya kepadamu, berapa
lama kami tidak menikmati
masa hidup yang mewah,
makmur dan sejahtera
itu ?” “Lapan puluh
tahun”, jawab isteri Ayyub.
“Lalu berapa lama kami
telah hidup dalam
penderitaan ini ?” tanya lagi
Ayyub. “Tujuh tahun”,
jawab si isteri.
“Aku malu”, Ayyub
melanjutkan jawabannya,”
memohon dari Allah
membebaskan kami dari
sengsaraan dan penderitaan
yang telah kami alami belum
sepanjang masa kejayaan
yang telah Allah kurniakan
kepada kami. Kiranya engkau
telah termakan hasutan dan
bujukan syaitan, sehingga
mulai menipis imanmu dan
berkesal hati menerima
taqdir dan hukum Allah.
Tunggulah ganjaranmu kelak
jika aku telah sembuh dari
penyakitku dan kekuatan
badanku pulih kembali. Aku
akan mencambukmu seratus
kali. Dan sejak detik ini aku
haramkan diriku makan dan
minum dari tanganmu atau
menyuruh engkau
melakukan sesuatu untukku.
Tinggalkanlah aku seorang
diri di tempat ini sampai Allah
menentukan taqdir-Nya.”
Setelah ditinggalkan oleh
isterinya yang diusir, maka
Nabi Ayyub tinggal seorang
diri di rumah, tiada sanak
saudara, tiada anak dan
tiada isteri. Ia bermunajat
kepada Allah dengan
sepenuh hati memohon
rahmat dan kasih sayang-
Nya. Ia berdoa: “Wahai
Tuhanku, aku telah diganggu
oleh syaitan dengan
kepayahan dan kesusahan
serta seksaan dan Engkaulah
wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha
Penyayang.”
Allah menerima doa Nabi
Ayyub yang telah mencapai
puncak kesabaran dan
keteguhan iman serta
berhasil memenangkan
perjuangannya melawan
hasutan dan bujukan Iblis.
Allah mewahyukan firman
kepadanya: “Hantamkanlah
kakimu ke tanah. Dari situ air
akan memancur dan dengan
air itu engkau akan sembuh
dari semua penyakitmu dan
akan pulih kembali kesihatan
dan kekuatan badanmu jika
engkau gunakannya untuk
minum dan mandimu. ”
Dengan izin Allah setelah
dilaksanakan petunjuk Illahi
itu, sembuhlah segera Nabi
Ayyub dari penyakitnya,
semua luka-luka kulitnya
menjadi kering dan segala
rasa pedih hilang, seolah-
olah tidak pernah terasa
olehnya. Ia bahkan kembali
menampakkan lebih sihat
dan lebih kuat daripada
sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya
yang telah diusir dan
meninggalkan dia seorang
diri di tempat tinggalnya
yang terasing, jauh dari jiran,
jauh dari keramaian kota,
merasa tidak sampai hati
lebih lama berada jauh dari
suaminya, namun ia hampir
tidak mengenalnya kembali,
kerana bukanlah Ayyub yang
ditinggalkan sakit itu yang
berada didepannya, tetapi
Ayyub yang muda belia,
segar bugar, sihat afiat
seakan-akan tidak pernah
sakit dan menderita. Ia
segera memeluk suaminya
seraya bersyukur kepada
Allah yang telah memberikan
rahmat dan kurnia-Nya
mengembalikan kesihatan
suaminya bahkan lebih baik
daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah
sewaktu ia mengusir
isterinya akan
mencambuknya seratus kali
bila ia sudah sembuh. Ia
merasa wajib melaksanakan
sumpahnya itu, namun
merasa kasihan kepada
isterinya yang sudah
menunjukkan kesetiaannya
dan menyekutuinya di dalam
segala duka dan deritanya. Ia
bingung, hatinya terumbang-
ambingkan oleh dua
perasaan, ia merasa
berwajiban melaksanakan
sumpahnya, tetapi isterinya
yang setia dan bakti itu tidak
patut, kata hatinya,
menjalani hukuman yang
seberat itu. Akhirnya Allah
memberi jalan keluar
baginya dengan firman-Nya:
“ Hai Ayyub, ambillah
dengan tanganmu seikat
rumput dan cambuklah
isterimu dengan rumput itu
seratus kali sesuai dengan
sesuai dengan sumpahmu,
sehingga dengan demikian
tertebuslah sumpahmu.”
Nabi Ayyub dipilih oleh Allah
sebagai nabi dan teladan
yang baik bagi hamba-
hamba_Nya dalam hal
kesabaran dan keteguhan
iman sehingga kini nama
Ayyub disebut orang sebagai
simbul kesabaran. Orang
menyatakan , si Fulan
memiliki kesabaran Ayyub
dan sebagainya. Dan Allah
telah membalas kesabaran
dan keteguhan iman Ayyub
bukan saja dengan
memulihkan kembali
kesihatan badannya dan
kekuatan fizikalnya kepada
keadaan seperti masa
mudanya, bahkan
dikembalikan pula kebesaran
duniawinya dan kekayaan
harta-bendanya dengan
berlipat gandanya. Juga
kepadanya dikurniakan lagi
putera-putera sebanyak
yang telah hilang dan mati
dalam musibah yang ia telah
alami. Demikianlah rahmat
Tuhan dan kurnia-Nya
kepada Nabi Ayyub yang
telah berhasil melalui masa
ujian yang berat dengan
penuh sabar, tawakkal dan
beriman kepada Allah.
Kisah Ayyub di atas dapat
dibaca dalam Al-Quran surah
Shaad ayat 41 sehingga ayat
44 dan surah Al-Anbiaa ’
ayat 83 dan 84
sumber: http://
www.dzikir.org/

like