Friday, January 28, 2011

Juwairiyah Binti al-Harits

Beliau adalah Juwairiyah
Binti al-Harits Bin Abi Dhirar
bin al-Habib al-Khuza ’iyah
al-Mushthaliqiyyah.
Beliau adalah secantik-cantik
seorang wanita. Beliau
termasuk wanita yang
ditawan tatkala kaum
muslimin mengalahkan Bani
Mushthaliq pada saat perang
Muraisi’.
Hasil Undian Juwairiyyah
adalah bagian untuk Tsabit
Bin Qais bin syamas atau
anak pamannya, tatkala itu
Juwairiyyah berumur 20
tahun. Dan akhirnya beliau
selamat dari kehinaan
sebagai tawanan/rampasan
perang dan kerendahannya.
Beliau menulis untuk Tsabit
bin Qais (bahwa beliau
hendak menebus dirinya),
kemudian mendatangi
Rasulullah Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam agar mau
menolong untuk menebus
dirinya. Maka menjadi iba-lah
hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi
wa sallam melihat kondis
seorang wanita yang
mulanya adalah seorang
sayyidah merdeka yang
mana dia memohon beliau
untuk mengentaskan ujian
yang menimpa dirinya. Maka
beliau bertanya kepada
Juwairiyyah: ”Maukah
engkau mendapatkan hal
yang lebih baik dari itu ?”.
Maka dia menjawab dengan
sopan: ”Apakah itu Ya
Rasulullah ?”. Beliau
menjawab: ”Aku tebus
dirimu kemudian aku nikahi
dirimu !”. Maka tersiratlah
pada wajahnya yang cantik
suatu kebahagiaan
sedangkan dia hampir-
hampir tidak perduli dengan
kemerdekaan dia karena
remehnya. Beliau
menjawab:”Mau Ya
Rasulullah”. Maka
Rasulullah Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam
bersabda:” Aku telah
melakukannya”.
‘Aisyah, Ummul Mukmini
berkata:”Tersebarlah berita
kepada manusia bahwa
Rasulullah Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam telah
menikahi Juwairiyyah binti
al-Harits bin Abi Dhirar. Maka
orang-orang
berkata: ”Kerabat Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam! Maka mereka
lepaskan tawanan perang
yang mereka bawa, maka
sungguh dengan pernikahan
beliau Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam dengan Juwairiyyah
manjadi sebab
dibebaskannya seratus
keluarga dari Bani
Mushthaliq. Maka aku tidak
pernah mengetahui seorang
wanita yang lebih berkah
bagi kaumnya daripada
Juwairiyyah.
Dan Ummul Mukminin
‘ Aisyah menceritakan
perihal pribadi
Juwairiyyah: ”Juwairiyyah
adalah seorang wanita yang
manis dan cantik, tiada
seorangpun yang melihatnya
melainkan akan jatuh hati
kepadanya. Tatkala
Juwairiyyah meminta
kepada Rasulullah untuk
membebaskan dirinya
sedangkan -demi Allah- aku
telah melihatnya melalui
pintu kamarku, maka aku
merasa cemburu karena
menduga bahwa Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam akan melihat
sebagaimana yang aku lihat.
Maka masuklah pengantin
wanita, Sayyidah Bani
Mushthaliq kedalam rumah
tangga Nubuwwah. Pada
Mulanya, nama Beliau adalah
Burrah namun Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam menggantinya dengan
Juwairiyyah karena
khawatir dia dikatakan
keluar dari biji gandum.
Ibnu Hajar menyebutkan di
dalam kitabnya, al-Ishabah
tentang kuatnya keimanan
Juwairiyyah radhiallaahu
‘ anha. Beliau berkata:
”Ayah Juwairiyyah
mendatangi Rasul dan
berkata: ”Sesungguhnya
anakku tidak berhak ditawan
karena terlalu mulia dari hal
itu. Maka Nabi Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam bersabda:
“Bagaimana pendapatmu
seandainya anakmu disuruh
memilih di antara kita;
apakah anda setuju ?”.
“Baiklah”, katanya.
Kemudian ayahnya
mendatangi Juwairiyyah dan
menyuruhnya untuk memilih
antara dirinya dengan
Rasulullah Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam. Maka
beliau menjawab:”Aku
memilih Allah dan Rasul-
Nya ”.
Ibnu Hasyim meriwayatkan
bahwa akhirnya ayah beliau
yang bernama al-Harits
masuk Islam bersama kedua
putranya dan beberapa
orang dari kaumnya. Ummul
Mukminin, Juwairiyyah
wafat pada tahun 50 H. Ada
pula yang mengatakan tahun
56 H.
Semoga Allah merahmati
Ummul Mukminin,
Juwairiyyah karena
pernikahannya dengan
Rasulullah Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam
membawa berkah dan
kebaikan yang menyebabkan
kaumnya, keluarganya dan
orang-orang yang dicintainya
berpindah dari memalingkan
ibadah untuk selian Allah dan
kesyirikan menuju
kebebasan dan cahaya Islam
beserta kewibawaannya. Hal
itu merupakan pelajaran bagi
mereka yang bertanya-
tanya tentang hikmah
Rasulullah Shallallâhu
‘ alaihi wa sallam beristri
lebih dari satu.

No comments:

Post a Comment

like