Saturday, February 5, 2011

nabi daud as

Daud bin Yisya adalah salah
seorang dari tiga belas
bersaudara turunan ketiga
belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia
tinggal bermukim di kota
Baitlehem, kota kelahiran
Nabi Isa a.s. bersama ayah
dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja Thalout raja Bani
Isra ’il mengerahkan orang
supaya memasuki tentera
dan menyusun tentera
rakyat untuk berperang
melawan bangsa Palestin,
Daud bersama dua orang
kakaknya diperintahkan oleh
ayahnya untuk turut
berjuang dan
menggabungkan diri ke
dalam barisan askar Thalout.
Khusus kepada Daud sebagai
anak yang termuda di antara
tiga bersaudara, ayahnya
berpesan agar ia berada di
barisan belakang dan tidak
boleh turut bertempur. Ia
ditugaskan hanya untuk
melayani kedua kakaknya
yang harus berada dibarisan
depan, membawakan
makanan dan minuman serta
keperluan-2 lainnya bagi
mereka, di samping ia harus
dari waktu ke waktu
memberi lapuran kepada
ayahnya tentang jalannya
pertempuran dan keadaan
kedua kakaknya di dalam
medan perang. Ia sesekali
tidak diizinkan maju ke garis
depan dan turut bertempur,
mengingatkan usianya yang
masih muda dan belum ada
pengalaman berperang sejak
ia dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan
Thalout dari Bani Isra ’il
berhadapan muka dengan
pasukan Jalout dari bangsa
Palestin, Daud lupa akan
pesan ayahnya tatkala
mendengar suara Jalout
yang nyaring dengan penuh
kesombongan menentang
mengajak berperang,
sementara jaguh-jaguh
perang Bani Isra ’il berdiam
diri sehinggapi rasa takut
dan kecil hati. Ia secara
spontan menawarkan diri
untuk maju menghadapi
Jalout dan terjadilah
pertempuran antara mereka
berdua yang berakhir dengan
terbunuhnya Jalout
sebagaimana telah
diceritakan dalam kisah
sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa
Daud mengalahkan Jalout
maka dijadikan menantu
oleh Thalout dan
dikahwinkannya dengan
puterinya yang bernama
Mikyal, sesuai dengan janji
yang telah diumumkan
kepada pasukannya bahwa
puterinya akan dikahwinkan
dengan orang yang dapat
bertempur melawan Jalout
dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut
sebagai menantu, Daud
diangkat pula oleh raja
Thalout sebagai
penasihatnya dan orang
kepercayaannya. Ia
disayang, disanjung dan
dihormati serta disegani
bukan sahaja oleh
mertuanya bahkan oleh
seluruh rakyat Bani Isra ’il
yang melihatnya sebagai
pahlawan bangsa yang telah
berhasil mengangkat
keturunan serta darjat Bani
Isra ’il di mata bangsa-2
sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling
sayang dan saling cinta yang
meliputi hubungan sang
menantu Daud dengan sang
mertua Thalout tidak dapat
bertahan lama. Pada akhir
waktunya Daud merasa
bahwa ada perubahan dalam
sikap mertuanya terhadap
dirinya. Muka manis yang
biasa ia dapat dari
mertuanya berbalik menjadi
muram dan kaku, kata-
katanya yang biasa didengar
lemah-lembut berubah
menjadi kata-kata yang
kasar dan keras. Bertanya ia
kepada diri sendiri gerangan
apakah kiranya yang
menyebabkan perubahan
sikap yang mendadak itu?
Adakah hal-hal yang
dilakukan yang dianggap
oleh mertuanya kurang
layak, sehingga menjadikan
ia marah dan benci
kepadanya? Ataukah
mungkin hati mertuanya
termakan oleh hasutan dan
fitnahan orang yang sengaja
ingin merusakkan suasana
harmoni dan damai di dalam
rumah tangganya? Bukankah
ia seorang menantu yang
setia dan taat kepada
mertuanta yang telah
memenuhi tugasnya dalam
perang sebaik yang oa
harapkan? dan bukankah ia
selalu tetap bersedia
mengorbankan jiwa raganya
untuk membela dan
mempertahankan kekekalan
kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat
jawapan yang memuaskan
atas pertanyaan-2 yang
melintasi fikirannya itu. IA
kemudian kembali kepada
dirinya sendiri dan berkata
dalam hatinya mungkin apa
yang ia lihat sebagai
perubahan sikap dan
perlakuan dari mertuannya
itu hanya suatu dugaan dan
prasangka belaka dari
pihaknya dan kalau pun
memang ada maka mungkin
disebabkan oleh urusan-2
dan masalah-2 peribadi dari
mertua yang tidak ada
sangkut-pautnya dengan
dirinya sebagai menantu.
demikianlah dia mencuba
menenangkan hati dan
fikirannya yang masyangul
yang berfikir selanjutnya
tidak akan mempedulikan
dan mengambil kisah
tentang sikap dan tindak-
tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap
yang sunyi senyap, ketika ia
berada di tempat tidur
bersam isterinya Mikyal.
Daud berkata kepada
isterinya: “Wahai Mikyal,
entah benarkah aku atau
salah dalam tanggapanku
dan apakah khayal dan
dugaan hatiku belaka atau
sesuatu kenyataan apa yang
aku lihat dalam sikap
ayahmu terhadap diriku? Aku
melihat akhir-2 ini ada
perubahan sikap dari
ayahmu terhadap diriku. Ia
selalu menghadapi aku
dengan muka muram dan
kaku tidak seperti biasanya.
Kata-katanya kepadaku
tidak selamah lembut seperti
dulu. Dari pancaran
pandangannya kepadaku aku
melihat tanda-2 antipati dan
benci kepadaku. Ia selalu
menggelakkan diri dari
duduk bersama aku
bercakap-cakap dan
berbincang-bincang
sebagaimana dahulu ia
lakukan bila ia melihatku
berada di sekitarnya. ”
Mikyal menjawab seraya
menghela nafas panjang dan
mengusap air mata yang
terjatuh di atas pipinya:
“ Wahai Daud aku tidak akan
menyembunyikan sesuatu
daripadamu dan sesekali
tidak akan merahsiakan hal-
hal yang sepatutnya engkau
ketahui. Sesungguhnya sejak
ayahku melihat bahawa
keturunanmu makin naik di
mata rakyat dan namamu
menjadi buah mulut yang
disanjung-sanjung sebagai
pahlawan dan penyelamat
bangsa, ia merasa iri hati dan
khuatir bila pengaruhmu di
kalangan rakyat makin
meluas dan kecintaan
mereka kepadamu makin
bertambah, hal itu akan
dapat melemahkan
kekuasaannya dan bahkan
mungkin mengganggu
kewibawaan kerajaannya.
Ayahku walau ia seorang
mukmin berilmu dan bukan
dari keturunan raja
menikmati kehidupan yang
mewah, menduduki yang
empuk dan merasakan
manisnya berkuasa. Orang
mengiakan kata-katanya,
melaksanakan segala
perintahnya dan
membungkukkan diri jika
menghadapinya. Ia khuatir
akan kehilangan itu semua
dan kembali ke tanah
ladangnya dan usaha
ternaknya di desa.
Kerananya ia tidak menyukai
orang menonjol yang
dihormati dan disegani
rakyat apalagi dipuja-puja
dan dianggapnya pahlawan
bangsa seperti engkau. Ia
khuatir bahawa engkau
kadang-2 dapat merenggut
kedudukan dan mahkotanya
dan menjadikan dia terpaksa
kembali ke cara hidupnya
yang lama sebagaimana tiap
raja meragukan kesetiaan
tiap orang dan berpurba
sangka terhadap tindakan-2
orang-2nya bila ia belum
mengerti apa yang dituju
dengan tindakan-2 itu.”
“Wahai Daud”, Mikyal
meneruskan ceritanya,
“ Aku mendapat tahu
bahawa ayahku sedang
memikirkan suatu rencana
untuk menyingkirkan engkau
dan mengikis habis
pengaruhmu di kalangan
rakyat dan walaupun aku
masih merayukan kebenaran
berita itu, aku rasa tidak ada
salahnya jika engkau dari
sekarang berlaku waspada
dan hati-hati terhadap
kemungkinan terjadi hal-hal
yang malang bagi dirimu. ”
Daud merasa hairan kata-
kata isterinya itu lalu ia
bertanya kepada dirinya
sendiri dan kepada isterinya:
“ Mengapa terjadi hal yang
sedemikian itu? Mengapa
kesetiaku diragukan oleh
ayah mu, padahal aku
dengan jujur dan ikhlas hati
berjuang di bawah
benderanya, menegakkan
kebenaran dan memerangi
kebathilan serta mengusir
musuh ayahmu, Thalout
telah kemasukan godaan
Iblis yang telah
menghilangkan akal sihatnya
serta mengaburkan jalan
fikirannya ?” Kemudian
tertidurlah Daud selesai
mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud
terbangun oelh suara
seorang pesurh Raja yang
menyampaikan panggilan
dan perintah kepadanya
untuk segera datang
menghadap.
Berkata sang raja kepada
Daud yang berdiri tegak di
hadapannya: “Hai Daud
fikiranku kebelakang ini sgt
terganggu oleh sebuah berita
yang menrungsingkan. Aku
mendengar bahwa bangsa
Kan ’aan sedang menyusun
kekuatannya dan
mengerahkan rakyatnya
untuk datang menyerang
dan menyerbu daerah kita.
Engkaulah harapan ku satu-
satunya, hai Daud yang akan
dapat menanganu urusan ini
maka ambillah pedangmu
dan siapkanlah peralatan
perangmu pilihlah orang-
orang yang engkau percayai
di antara tenteramu dan
pergilah serbu mereka di
rumahnya sebelum sebelum
mereka sempat datang
kemari. Janganlah engkau
kembali dari medan perang
kecuali dengan membawa
bendera kemenangan atau
dengan jenazahmu dibawa di
atas bahu orang-orangmu. ”
Thalout hendak mencapi dua
tujuan sekaligus dengan
siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang
selalu mengancam negerinya
dan bersamaan dengan itu
mengusirkan Daud dari atas
buminya karena hampir
dapat memastikan kepada
dirinya bahwa Daud tidak
akan kembali selamat dan
pulang hidup dari medan
perang kali ini.
Siasat yang mengandungi
niat jahat dan tipu daya
Thalout itu bukan tidak
diketahui oleh Daud. Ia
merasa ada udang disebalik
batu dalam perintah Thalout
itu kepadanya, namun ia
sebagai rakyat yang setia
dan anggota tentera yang
berdisiplin ia menerima dan
melaksanakan perintah itu
dengan sebaik-baiknya
tanpa mempedulikan atau
memperhitungkan akibat
yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada
Allah berpasrah diri kepada
takdir-Nya dan berbekal
iman dan talwa di dalam
hatinya berangkatlah Daud
berserta pasukannya menuju
daerah bangsa Kan’aan. Ia
tidak luput dari lindungan
Allah yang memang telah
menyuratkan dalam takdir-
Nya mengutuskan Daud
sebagai Nabi dan Rasul. Maka
kembalilah Daud ke kampung
halamannya berserta
pasukannya dengan
membawa kemenangan
gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali
dengan membawa
kemenangan diterima oleh
Thalout dengan senyum dan
tanda gembira yang
dipaksakan oleh dirinya. Ia
berpura-pura menyambut
Daud dengan penghormatan
yang besar dan puji-pujian
yang berlebih-lebihan namun
dalam dadanya makin
menyala-nyala api dendam
dan kebenciannya, apalagi
disadarinya bahwa dengan
berhasilnya Daud
menggondol kemenangan,
pengaruhnya di mata rakyat
makin naik dan makin
dicintainyalah ia oleh Bani
Isra ’il sehingga di mana
saja orang berkumpul tidak
lain yang dipercakapkan
hanyalah tentang diri Daud,
keberaniannya,
kecekapannya memimpin
pasukan dan kemahirannya
menyusun strategi dengan
sifat-sifat mana ia dapat
mengalahkan bangsa
Kan ’aan dan membawa
kembali ke rumah
kemenangan yang menjadi
kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout
menyingkirkan Daud dengan
meminjam tangan orang-
orang Kan ’aan. Ia kecewa
tidak melihat jenazah Daud
diusung oleh orang-orang
nya yang kembali dari medan
perang sebagaimana yang ia
harapkan dan ramalkan,
tetapi ia melihat Daud dalam
keadaan segar-bugar gagah
perkasa berada di hadapan
pasukannya menerima alu-
aluan rakyat dan sorak-
sorainya tanda cinta kasih
sayang mereka kepadanya
sebagai pahlawan bangsa
yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayang rasa
takut akan kehilangan
kekuasaan melihat makin
meluasnya pengaruh Daud,
terutama sejak kembalinya
dari perang dengan bangsa
Kan ’aan, berfikir jalan
satu-satunya yang akan
menyelamatkan dia dari
ancaman Daud ialah
membunuhnya secara
langsung. Lalu diaturlah
rencana pembunuhannya
sedemikian cermatnya
sehingga tidak akan
menyeret namanya
terbawa-bawa ke dalamnya.
Mikyal, isteri Daud yang
dapat mencium rancangan
jahat ayahnya itu, segera
memberitahu kepada
suaminya, agar ia segera
menjauhkan diri dan
meninggalkan kota secepat
mungkin sebelum rancangan
jahat itu sempat
dilaksanakan . Maka
keluarlah Daud memenuhi
anjuran isterinya yang setia
itu meninggalkan kota
diwaktu malam gelap
dengan tiada membawa
bekal kecuali iman di dada
dan kepercayaan yang teguh
yang akan inayahnya Allah
dan rahmat-Nya.
Setelah berita
menghilangnya Daud dari
istana Raja diketahui oleh
umum, berbondong-
bondonglah menyusul
saudara-2nya, murid-2nya
dari para pengikutnya
mencari jejaknya untuk
menyampaukan kepadanya
rasa setiakawan mereka
serta menawarkan bantuan
dan pertolongan yang
mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah
agak jauh dari kota, ia lagi
istirahat seraya
merenungkan nasib yang ia
alami sebgai akibat dari
perbuatan seorang hamba
Allah yang tidak mengenal
budi baik sesamanya dan
yang selalu memperturutkan
hawa nafsunya sekadar
untuk mempertahankan
kekuasaan duniawinya.
Hamba Allah itu tidak sedar,
fikir Daud bahwa kenikmatan
dan kekuasaan duniawi yang
ia miliki adalah pemberian
Allah yang sewaktu-waktu
dapat dicabut-Nya kembali
daripadanya.
Daud Dinobatkan Sebagai
Raja
Raja Thalout makin lama
makin berkurang
pengaruhnya dan merosot
kewibawaannya sejak ia
ditingglkan oleh Daud dan
diketahui oleh rakyat
rancangan jahatnya
terhadap orang yang telah
berjasa membawa
kemenangan demi
kemenangan bagi negara
dan bangsanya. Dan sejauh
perhargaan rakyat terhadap
Thalout merosot, sejauh itu
pula cinta kasih mereka
kepada Daud makin
meningkat, sehingga banyak
diantara mereka yang lari
mengikuti Daud dan
menggabungkan diri ke
dalam barisannya, hal mana
menjaadikan Thalout
kehilangan akal dan tidak
dapat menguasai dirinya. IA
lalu menjalankan siasat
tangan besi, menghunus
pedang dan membunuh siapa
saja yang ia ragukan
kesetiaannya, tidak
terkecuali di antara
korban-2nya terdapat para
ulama dan para pemuka
rakyat.
Thalout yang mengetahui
bahawa Daud yang
merupakan satu-satunya
saingan baginya masih hidup
yang mungkin sekali akan
menuntut balas atas
pengkhianatan dan
rancangan jahatnya,
merasakan tidak dapat tidur
nyenyak dan hidup tebteram
di istananya sebelum ia
melihatnya mati terbunuh.
Kerananya ia mengambil
keputusan untuk mengejar
Daud di mana pun ia berada,
dengan sisa pasukan
tenteranya yang sudah
goyah disiplinnya dan
kesetiaannya kepada Istana.
Ia fikir harus cepat-2
membinasakan Daud dan
para pengikutnya sebelum
mereka menjadi kuat dan
bertambah banyak
pengikutnya.
Daud bersert para
pengikutnya pergi
bersembunyi di sebuah
tempat persembunyian
tatkala mendengar bahwa
Thalout dengan askarnya
sedang mengejarnya dan
sedang berada Tidak jauh
dari tempat
persembunyiannya. Ia
menyuruh beberapa orang
drp para pengikutnya untuk
melihat dan mengamat-
amati kedudukan Thalout
yang sudah berada dekat
dari tempat mereka
bersembunyi. Mereka
kembali memberitahukan
kepada Daud bahawa
Thalout dan askarnya sudah
berada di sebuah lembah
dekat dengan tempat
mereka dan sedang tertidur
semuanya dengan nyenyak.
Mereka berseru kepada Daud
jangan menyia-nyiakan
kesempatan yang baik ini
untuk memberi pukulan yang
memastikan kepada Thalout
dan askarnya. Anjuran
mereka ditolak oleh Daud
dan ia buat sementara
merasa cukup sebagai
peringatan pertama bagi
Thalout menggunting saja
sudut bajunya selagi ia
nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun
dari tidurnya, dihampirilah ia
oleh Daud yang seraya
menunjukkan potongan yang
digunting dari sudut bajunya
berkatalah ia kepadanya:
“Lihatlah pakaian bajumu
yang telah aku gunting
sewaktu engkau tidur
nyenyak. Sekiranya aku
mahu nescaya aku dengan
mudah telah membunuhmu
dan menceraikan kepalamu
dari tubuhmu, namun aku
masih ingin memberi
kesempatan kepadamu
untuk bertaubat dan ingat
kepada Tuhan serta
membersihkan hati dan
fikiranmu dari sifat-sifat
dengki, hasut dan buruk
sangka yang engkau jadikan
dalih untuk membunuh orang
sesuka hatimu. ”
Thalout tidak dapat
menyembunyikan rasa
terkejutnya bercampur malu
yang nampak jelas pada
wajahnya yang pucat. Ia
berkata menjawab Daud:
“Sungguh engkau adalah
lebih adil dan lebih baik hati
daripadaku. Engkau benar-
benar telah menunjukkan
jiwa besar dan perangai
yang luhur. Aku harus
mengakui hal itu. ”
Peringatan yang diberikan
oleh Daud belum dapat
menyedarkan Thalout.
Hasratnya yang keras untuk
mempertahankan
kedudukannya yang sudah
lapuk itu menjadikan ia lupa
peringatan yang ia terima
dari Daud tatkala digunting
sudut bajunya. Ia tetap
melihat Daud sebagai musuh
yang akan menghancurkan
kerajaannya dan mengambil
alih mahkotanya. Ia merasa
belum aman selama masih
hidup dikelilingi oleh para
pengikutnya yang makin
lama makin membesar
bilangannya. Ia enggan
menarik pengajaran dan
peristiwa perguntingan
bajunya dan mencuba sekali
lagi membawa askarnya
mengejar dan mencari Daud
untuk menangkapnya hidup
atau mati.
Sampailah berita pengejaran
Thalout ke telinga Daud buat
kali keduanya, maka
dikirimlah pengintai oleh
Daud untuk mengetahui
dimana tempat askar
Thalout berkhemah. Di
ketemukan sekali lagi
mereka sedang berada
disebuah bukit tertidur
dengan nyenyaknya karena
payah kecapaian. Dengan
melangkah beberapa
anggota pasukan yang lagi
tidur, sampailah Daud di
tempat Thalout yang lagi
mendengkur dalam tidurnya,
diambilnyalah anak panah
yang tertancap di sebelah
kanan kepala Thalout
berserta sebuah kendi air
yang terletak disebelah
kirinya. Kemudian dari atas
bukit berserulah Daud
sekeras suaranya kepada
anggota pasukan Thalout
agar mereka bangun ari
tidurnya dan menjaga baik-
baik keselamatan rajanya
yang nyaris terbunuh karena
kecuaian mereka. Ia
mengundang salah seorang
dari anggota pasukan untuk
datang mengambil kembali
anak panah dan kendi air
kepunyaan raja yang telah
dicuri dari sisinya tanpa
seorang pun dari mereka
yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang
dimaksudkan sebagai
peringatan kali kedua
kepada Thalout bahwa
pasukan pengawal yang
besar yang mengelilinginya
tidak akan dapat
menyelamatkan nyawanya
bila Allah menghendaki
merenggutnya. Daud
memberi dua kali peringatan
kepada Thalout bukan
dengan kata-kata tetapi
dengan perbuatan yang
nyata yang menjadikan ia
merasa ngeri
membayangkan kesudahan
hayatnya andaikan Daud
menuntut balas atas apa
yang ia telah lakukan dan
rancangkan untuk
pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah
ditunjukkan oleh daud dalam
kedua peristiwa itu telah
sangat berkesan dalam lubuk
hati Thalout.
Ia terbangun dari
lamunannya dan sedar
bahawa ia telah jauh
tersesat dalam sikapnya
terhadap Daud. Ia sedar
bahawa nafsu angkara
murka dan bisikan iblislah
yang mendorongkan dia
merancangkan pembunuhan
atas diri Daud yang tidak
berdosa, yang setia kepada
kerajaannya, yang berkali-
kali mempertaruhkan
jiwanya untuk kepentingan
bangsa dan negerinya, tidak
pernah berbuat kianat atau
melalaikan tugas dan
kewajibannya. Ia sedar
bahawa ia telah berbuat
dosa besar dengan
pembunuhan yang telah
dilakukan atas beberapa
pemuka agama hanya
kerana purba sangka yang
tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri
termenung membalik-balik
lembaran sejarah hidupnya,
sejak berada di desa
bersama ayahnya, kemudian
tanpa diduga dan disangka,
berkat rahmat dan kurnia
Allah diangkatlah ia menjadi
raja Bani Isra ’il dan
bagaimana Tuhan telah
mengutskan Daud untuk
mendampinginya dan
menjadi pembantunya yang
setia dan komandan
pasukannya yang gagah
perkasa yang sepatutnya
atas jasa-jasanya itu ia
mendapat penghargaan yang
setinggi-tingginya dan bukan
sebagaimana ia telah
lakukan yang telah
merancangkan
pembunuhannya dan
mengejar-gejarnya setelah
ia melarikan diri dari istana.
Dan walaupun ia telah
mengkhianati Daud dengan
rancangan jahatnya, Daud
masih berkenan memberi
ampun kepadanya dalam dua
kesempatan di mana ia
dengan mudah
membunuhnya andaikan dia
mahu.
Membayangkan peristiwa-2
itu semunya menjadi
sesaklah dada Thalout
menyesalkan diri yang telah
terjerumus oleh hawa nafsu
dan godaan Iblis sehingga ia
menyia-nyiakan kurnia dan
rahmat Allah dengan
tindakan-tindakan yang
bahkan membawa dosa dan
murka Allah. Maka untuk
menebuskan dosa-dosanya
dan bertaubat kepada Allah,
Thalout akhirnya mengambil
keputusan keluar dari kota
melepaskan mahkotanya
dan meninggalkan istananya
berserta segala kebesaran
dan kemegahannya lalu
pergilah ia berkelana dan
mengembara di atas bumi
Allah sampai tiba saatnya ia
mendapat panggilan
meninggalkan dunia yang
fana ini menuju alam yang
baka.
Syahdan, setelah istana
kerajaan Bani Isra ’il
ditinggalkan oleh Thalout
yang pergi tanpa
meninggalkan bekas,
beramai-ramailah rakyat
mengangkat dan
menobatkan Daud sebagai
raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani
urusan pemerintahan dan
kerajaan, mengadakan
peraturan dan menentukan
bagi dirinya hari-hari khusus
untuk melakukan ibadah dan
bermunajat kepada Allah,
hari-hari untuk peradilan,
hari-hari untuk berdakwah
dan memberi penerangan
kepada rakyat dan hari-hari
menyelesaikan urusan-
urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang
ditentukan untuk beribadah
dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak
diperkenankan seorang pun
menemuinya dan
mengganggu dalam
khalawatnya, sedang pada
hari-hari yang ditentukan
untuk peradilan maka ia
menyiapkan diri untuk
menerima segala lapuran
dan keluhan yang dikemukan
oleh rakyatnya serta
menyelesaikan segala
pertikaian dan perkelahian
yang terjadi diantara sesama
mereka. Peraturan itu diikuti
secara teliti dan diterapkan
secara ketat oleh para
pengawal dan petugas
keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia
harus menutup diri untuk
beribadah dan berkhalwat
datanglah dua orang lelaki
meminta izin dari para
pengawal untuk masuk bagi
menemui raja. Izin tidak
diberikan oleh para
pengawal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku,
namun lelaki itu memaksa
kehendaknya dan melalui
pagar yang dipanjat
sampailah mereka ke dalam
istana dan bertemu muka
dengan Daud.
Daud yang sedang
melakukan ibadahnya
terperanjat melihat kedua
lelaki itu sudah berada di
depannya, padahal ia yakin
para penjaga pintu istana
tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk
istana menemuinya.
Berkatalah kedua tamu yang
tidak diundang itu ketika
melihat wajah Daud menjadi
pucat tanda takut dan
terkejut: “Janganlah
terkejut dan janganlah takut.
Kami berdua datang kemari
untuk meminta keputusan
yang adil dan benar
mengenai perkara sengketa
yang terjadi antara kami
berdua.”
Nabi Daud tidak dapat
berbuat selain daripada
menerima mereka yang
sudah berada didepannya,
kendatipun tidak melalui
prosedur dan protokol yang
sepatutnya. Berkatalah ia
kepada mereka setelah pulih
kembali ketenangannya dan
hilang rasa paniknya:
“ Cubalah bentangkan
kepadaku persoalanmu
dalam keadaan yang
sebenarnya. ” Berkata seorh
daripada kedua lelaki itu:
“ Saudaraku ini memilki
sembilan puluh sembilan
ekor domba betina dan aku
hanya memilki seekor
sahaja. Ia menuntut dan
mendesakkan kepadaku
agar aku serahkan
kepadanya dombaku yang
seekor itu bagi melengkapi
perternakannya menjadi
genap seratus ekor. Ia
membawa macam-macam
alasan dan berbagai dalil
yang sangat sukar bagiku
untuk menolaknya,
mengingatkan bahawa ia
memang lebih cekap
berdebat dan lebih pandai
bertikam lidah daripadaku.”
Nabi Daud berpaling muka
kepada lelaki yang lain yang
sedang seraya bertanya:
“ Benarkah apa yang telah
diuraikan oleh saudara kamu
ini ?” “Benar” ,jawab
lelaki itu.
“ Jika memang demikian
halnya”, kata Daud, dengan
marah “maka engkau telah
berbuat zalim kepada
saudaramu ini dan
memperkosakan hak
miliknya dengan tuntutanmu
itu. Aku tidak akan
membiarkan engkau
melanjutkan tindakanmu
yang zalim itu atau engkau
akan menghadapi hukuman
pukulan pada wajah dan
hidungmu. Dan memang
banyak di antara orang-
orang yang berserikat itu
yang berbuat zalim satu
terhadap yang lain kecuali
mereka yang benar beriman
dan beramal soleh. ”
“Wahai Daud”, berkata
lelaki itu menjawab,
“ sebenarnya engkaulah
yang sepatut menerima
hukuman yang engkau
ancamkan kepadaku itu.
Bukankah engkau sudah
mempunyai sembilan puluh
sembilan perempuan
mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang
gadis yang sudah lama
bertunang dengan seorang
pemuda anggota tenteramu
sendiri yang setia dan bakti
dan sudah lama mereka
berdua saling cinta dan
mengikat janji. ”
Nabi Daud tercengang
mendengar jawapan lelaki
yang berani, tegas dan pedas
itu dan sekali lagi ia
memikirkan ke mana
sasaran dan tujuan kata-
kata itu, sekonyong-konyong
lenyaplah menghilang dari
pandangannya kedua susuk
tubuh kedua lelaki itu. Nabi
Daud berdiam diri tidak
mengubah sikap duduknya
dan seraya termenung
sedarlah ia bahawa kedua
lelaki itu adalah malaikat
yang diutuskan oleh Allah
untuk memberi peringatan
dan teguran kepadanya. Ia
seraya bersujud memohon
ampun dan maghfirah dari
Tuhan atas segala tindakan
dan perbuatan yang tidak
diredhai oleh-Nya. Allah
menyatakan menerima
taubat Daud, mengampuni
dosanya serta
mengangkatnya ke tingkat
para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang
dimaksudkan dalam
percakapan Daud dengan
kedua malaikat yang
menyerupai sebagai manusia
itu ialah “Sabigh binti
Sya’igh seorang gadis yang
berparas elok dan cantik,
sedang calon suaminya
adalah “Uria bin Hannan”
seorang pemuda jejaka yang
sudah lama menaruh cinta
dan mengikat janji dengan
gadis tersebut bahwa
sekembalinya dari medan
perang mereka berdua akan
melangsungkan
perkhawinan dan hidup
sebagai suami isteri yang
bahagia. Pemuda itu telah
secara rasmi meminang
Sabigh dari kedua orang
tuanya, yang dengan senang
hati telah menerima baik
uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak
dikatakan sewaktu Uria bin
Hannan berada di negeri
orang melaksanakan
perintah Daud berjihad untuk
menegakkan kalimah Allah,
terjadilah sesuatu yang
menghancurkan rancangan
syahdunya itu dn menjadilah
cita-citanya untuk
beristerikan Sabigh gadis
yang diidam-idamkan itu,
seakan-akan impian atau
fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria
masih berada jauh di negeri
orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad,
tertangkaplah paras Sabigh
yang ayu itu oleh kedua
belah mata Daud dan dari
pandangan pertama itu
timbullah rasa cinta di dalam
hati Daud kepada sang gadis
itu, yang secara sah adalah
tunangan dari salah seorang
anggota tenteranya yang
setia dan cekap. Daud tidak
perlu berfikir lama untuk
menyatakan rasa hatinya
terhadap gadis yang cantik
itu dan segera mendatangi
kedua orang tuanya
meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah
yang akan berfikir akan
menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk
menjadi anak menantunya.
Bukankah merupakan suatu
kemuliaan yang besar
baginya untuk menjadi ayah
mertua dari Daud seorang
pesuruh Allah dan raja Bani
Isra ’il itu. Dan walaupun
Sabigh telah diminta oleh
Uria namin Uria sudah lama
meninggalkan tunangannya
dan tidak dapat dipastikan
bahwa ia akan cepat kembali
atau berada dalam keadaan
hidup. Tidak bijaksanalah
fikir kedua orang tua Sabigh
untuk menolak uluran tangan
Daud hanya semata-mata
karena menantikan
kedatangan Uria kembali dari
medan perang. Maka
diterimalah permintaan Daud
dan kepadanya
diserahkanlah Sabigh untuk
menjadi isterinya yang sah.
Demikianlah kisah
perkhawinan Daud dan
Sabigh yang menurut para
ahli tafsir menjadi sasaran
kritik dan teguran Allah
melalui kedua malaikat yang
merupai sebagai dua lelaki
yang datang kepada Nabi
Daud memohon penyelesaian
tentang sengketa mereka
perihal domba betina
mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra’il
Di antara ajaran-2 Nabi Musa
a.s. kepada Bani Isra ’il ialah
bahawa mereka mewajibkan
untuk mengkhususkan satu
hari pada tiap minggu bagi
melakukan ibadah kepada
Allah mensucikan hati dan
fikiran mereka dengan
berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia
dan nikmat Tuhan, bersolat
dan melakukan perbuatan-2
yang baik serta amal-2 soleh.
Diharamkan bagi mereka
pada hari yang ditentukan itu
untuk berdagang dan
melaksanakan hal-hal yang
bersifat duniawi.
Pada mulanya hari
Jumaatlah yang ditunjuk
sebagai hari keramat dan
hari ibadah itu, alan tetapi
mereka meminta dari Nabi
Musa agar hari ibadah itu
dijatuhkan pada setiap hari
Sabtu, mengingatkan bahwa
pada hari itu Allah selesai
menciptakan makhluk-Nya.
Usul perubahan yang mereka
ajukan itu diterima oleh Nabi
Musa, maka sejak itu, hari
Sabtu pada setiap minggu
daijadikan hari mulia dan
suci, di mana mereka tidak
melakukan perdagangan dan
mengusahakan urusan-2
duniawi. Mereka hanya
tekun beribadah dan ebrbuat
amal-amal kebajikan yang
diperintahkan oleh agama.
Demikianlah hari berganti
hari, bulan berganti bulan
dan tahun berganti tahun
namun adat kebiasaan
mensucikan hari Sabtu tetap
dipertahankan turun
temurun dan generasi demi
generasi.
Pada masa Nabi Daud
berkuasa di suatu desa
bernama “Ailat” satu
diantara beberapa desa yang
terletak di tepi Laut Merah
bermukim sekelompok kaum
dari keturunan Bani Isra ’il
yang sumber percariannya
adalah dari penangkapan
ikan, perdagangan dan
pertukangan yang
dilakukannya setiap hari
kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah
mensucikan hari Sabtu di
mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan
atau penangkapan ikan,
maka pasar-pasar dan
tempat-2 perniagaan di desa
itu menjadi sunyi senyap
pada tiap hari dan malam
sabtu, sehingga ikan-2 di laut
tampak terapung-apung di
atas permukaan air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua
buah batu besar berwarna
putih terletak ditepi laut
dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu
seolah-olah sudah terbiasa
bahwa pada tiap malam dan
hari Sabtu terasa aman
bermunculan di atas
permukaan air tanpa
mendapat gangguan dari
para nelayan tetapi begitu
matahari terbenam pada
Sabtu senja menghilanglah
ikan-ikan itu kembali ke
perut dan dasar laut sesuai
dengan naluri yang dimiliki
oleh tiap binatang makhluk
Allah.
Para nelayan desa Ailat yang
pd hari-hari biasa tidak
pernah melihat ikan begitu
banyak terapung-apung di
atas permukaan air, bahkan
sukar mendapat menangkap
ikan sebanyak yang
diharapkan, menganggap
adalah kesempatan yang
baik dan menguntungkan
sekali bila mereka
melakukan penangkapan
ikan pada tiap malam dan
hari Sabtu. Fikiran itu tidak
disia-siakan dan tanpa
menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasaan
yang sudah berlaku sejak
Nabi Musa
memerintahkannya, pergilah
mereka ramai-ramai ke
pantai menangkap ikan di
malam dan hari yang
terlarang itu, sehingga
berhasillah mereka
menangkap ikan sepuas hati
mereka dan sebanyak yang
mereka harapkan, Berbeda
jauh dengan hasil mereka di
hari-hari biasa.
Para penganut yang setia
dan para mukmin yang soleh
datang menegur para orang
fasiq yang telah berani
melanggar kesucian hari
Sabtu. Mereka diberi nasihat
dan peringatan agar
menghentikan perbuatan
mungkar mereka dan
kembali mentaati perintah
agama serta menjauhkan diri
dari semua larangannya,
supay menghindari murka
Allah yang dapat mencabut
kurnia dan nikmat yang telah
diberikan kepada mereka.
Nasihat dan peringatan para
mukmin itu tidak dihiraukan
oleh para nelayan yang
membangkang itu bahkan
mereka makin giat
melakukan pelanggaran
secara demonstratif karena
sayang akan kehilangan
keuntungan material yang
besar yang mereka perolrh
dan penangkapan ikan di
hari-hari yang suci. Akhirnya
pemuka-pemuka agama
terpaksa mengasingkan
mereka dari pergaulan dan
melarangnya masuk ke
dalam kota dengan
menggunakan senjata kalau
perlu.
Berkata para nelayan
pembangkang itu
memprotes:
“ sesungguhnya kota Ailat
adalah kota dan tempat
tinggal kami bersama kami
mempunyai hak yang sama
seperti kamu untuk tinggal
menetap di sini dan sesekali
kamu tidak berhak melarang
kami memasuki kota kami ini
serta melarang kami
menggali sumber-2
kekayaan yang terdapat di
sini bagi kepentingan hidup
kami. Kami tidak akan
meninggalkan kota kami ini
dan pergi pindah ke tempat
lain. Dan jika engkau enggan
bergaul dengan kami maka
sebaiknya kota Ailat ini di
bagi menjadi dua bahagian
dipisah oleh sebuah tembok
pemisah, sehingga masing-2
pihak bebas berbuat dan
melaksanakan usahanya
tanpa diganggu oleh mana-
mana pihak lain. ”
Dengan adanya garis
pemisah antara para nelayan
pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama
yang taat bebaslah mereka
melaksanakan usaha
penangkapan ikan semahu
hatinya secara besar-
besaran pada tiap-tiap hari
tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2
air bagi mengalirkan air laut
ke dekat rumah-2 mereka
dengan mengadakan
bendungan-2 yang
mencegahkan kembalinya
ikan-2 le laut bila matahari
terbenam pada setiap
petang Sabtu pada waktu
mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur
kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin
manjadi kaya karena
keuntungan besar yang
meeka peroleh dari hasil
penangkapan ikan yang
bebas menjadi makin berani
melakukan maksiat dan
pelanggaran perintah-2
agama yang menjurus
kepada kerusakkan akhlak
dan moral mereka.
Sementara para pemuka
agama yang melihat para
nelayan itu makin berani
melanggar perintah Allah dan
melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan di daerah
mereka sendiri masih rajin
mendatangi mereka dari
masa ke semasa
memperingatkan mereka
dan memberi nasihat ,
kalau-2 masih dapat ditarik
ke jalan yang benar dan
bertaubat dari perbuatan
maksiat mereka. Akan tetapi
kekayaan yang mereka
peroleh dari hasil
penangkapan yang berganda
menjadikan mata mereka
buta untuk melihta cahaya
kebenaran, telinga mereka
pekak untuk mendengar
nasihat-2 para pemuka
agama dan lubuk hati
mereka tersumbat oleh
nafsu kemaksiatan dan
kefasiqan, sehingga
menjadikan sebahagian dari
pemuka dan penganjur
agaam itu berputus asa dan
berkata kepada sebahagian
yang masih menaruh
harapan: “Mengapa kamu
masih menasihati orang-
orang yang akan dibinasakan
oleh Allah dan akan ditimpahi
hati orang-orang yang akan
dibinasakan oleh Allah dan
akan ditimpahi azab yang
sangat keras.”
Demikianlah pula Nabi Daud
setelah melihat bahawa
segala nasihat dan
peringatan kepada kaumnya
hanya dianggap sebagai
angin lalu atau seakan suara
di padang pasir belaka dan
melihat tiada harapan lagi
bahwa mereka akan sedar
dan insaf kembali maka
berdoalah beliau memohon
kepada Allah agar menggajar
mereka dengan seksaan dan
azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan
oleh Allah dan terjadilah
suatu gempa bumi yang
dahsyat yang membinasakan
orang-orang yang telah
membangkang dan berlaku
zalim terhadap diri mereka
sendiri dengan mengabaikan
perintah Allah dan perintah
para hamba-Nya yang soleh.
Sementara mereka yang
mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan
terhindarlah dari malapetaka
yang melanda itu.
Beberapa Kurniaan Allah
Kepada Nabi Daud
Allah mengutusnya sebagai
nabi dan rasul mengurniainya
nikmah, kesempurnaan ilmu,
ketelitian amal perbuatan
serta kebijaksanaan dalam
menyelesaikan perselisihan.
Kepadanya diturunkan kitab
“ Zabur”, kitab suci yang
menghimpunkan qasidah-2
da sajak-2 serta lagu-2 yang
mengandungi tasbih dan
pujian-pujian kepada Allah,
kisah umat-2 yang dahulu
dan berita nabi-nabi yang
akan datang, di antaranya
berita tentang datangnya
Nabi Muhammad s.a.w.
Allah menundukkan
gunung-2 dan
memerintahkannya
bertasbih mengikuti tasbih
Nabi Daud tiap pagi dan
senja.
Burung-2 pun turut bertasbih
mengikuti tasbih Nabi Daud
berulang-ulang.
Nabi Daud diberi peringatan
tentang maksud suara atau
bahasa burung-2.
Allah telah memberinya
kekuatan melunakkan besi,
sehingga ia dapat membuat
baju-baju dan lingkaran-2
besi dengan tangannya
tanpa pertolongan api.
Nabi Daud telah diberikannya
kesempatan menjadi raja
memimpin kerajaan yang
kuat yang tidak dapat
dikalahkan oleh musuh,
bahkan sebaliknya ia selalu
memperolehi kemenangan di
atas semua musuhnya.
Nabi Daud dikurniakan suara
yang merdu oleh Allah yang
enak didengar sehingga kini
ia menjadi kiasan bila
seseorang bersuara merdu
dikatakan bahawa ia
memperolehi suara Nabi
Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah
Sabtunya Bani Isra ’il
terdapat dalam Al-Quran
surah “Saba’” ayat 11,
surah “An-Nisa’” ayat
163, surah “Al-Isra’”
ayat 55, surah “Shaad”
ayat 17 sehingga ayat 26 dan
surah “Al-’Aaraaf” ayat
163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari
Kisah Nabi Daud A.S
Allah telah memberikan
contoh bahwa seseorang
yang bagaimana pun besar
dan perkasanya yang hanya
menyandarkan diri kepada
kekuatan jasmaninya dapat
dikalahkan oleh orang yang
lebih lemah dengan hanya
sesuatu benda yang tidak
bererti sebagaimana Daud
yang muda usia dan lemah
fizikal mengalahkan Jalout
yang perkasa itu dengan
bersenjatakan batu sahaja.
Seorang yang lemah dan
miskin tidak patut berputus
asa mencari hasil dan
memperoleh kejayaan dalam
usaha dan perjuangannya
selama ia bersandarkan
kepada takwa dan iman
kepada Allah yang akan
melindunginya.
Kemenangan Daud atas
Jalout tidak menjadikan dia
berlaku sombong dan
takabbur, bahkan sebaliknya
ia bersikap rendah hati dan
lemah-lembut terhadap
kawan maupun lawan
sumber: http://
www.dzikir.org

No comments:

Post a Comment

like