Tuesday, February 1, 2011

nabi ayyub as

Berkata salah seorang
malaikat kepada kawan-
kawannya yang lagi
berkumpul berbincang-
bincang tentang tingkah-laku
makhluk Allah, jenis manusia
di atas bumi : “Aku tidak
melihat seorang manusia
yang hidup di atas bumi Allah
yang lebih baik dari hamba
Allah Ayyub ”. Ia adalah
seorang mukmin sejati ahli
ibadah yang tekun. Dari
rezeki yang luas dan harta
kekayaan yang diberikan
oleh Allah kepadanya, ia
mengenepikan sebahagian
untuk menolong orang-orang
yang memerlukan para fakir
miskin. Hari-harinya terisi
penuh dengan ibadah, sujud
kepada Allah dan bersyukur
atas segala nikmat dan
kurnia yang diberikan
kepadanya. ”
Para kawanan malaikat yang
mendengarkan kata-kata
pujian dan sanjungan untuk
diri Ayyub mengakui
kebenaran itu bahkan
masing-masing
menambahkan lagi dengan
menyebut beberapa sifat
dan tabiat yang lain yang ada
pada diri Ayyub.
Percakapan para malaikat
yang memuji-muji Ayyub itu
didengar oleh Iblis yang
sedang berada tidak jauh
dari tempat mereka
berkumpul. Iblis merasa
panas hati dan jengkel
mendengar kata-kata pujian
bagi seseorang dari
keturunan Adam yang ia
telah bersumpah akan
disesatkan ketika ia
dikeluarkan dari syurga
kerananya. Ia tidak rela
melihat seorang dari anak
cucu anak Nabi Adam
menjadi seorang mukmin
yang baik, ahli ibadah yang
tekun dan melakukan amal
soleh sesuai dengan perintah
dan petunjuk Allah.
Pergilah Iblis mendatangi
Ayyub untuk menyatakan
sendiri sampai sejauh mana
kebenaran kata-kata pujian
para malaikat itu kepada diri
Ayyub. Ternyata memang
benar Ayyub patut mendapat
segala pujian itu. Ia
mendatangi Ayyub
bergelimpangan dalam
kenikmatan duniawi,
tenggelam dalam kekayaan
yang tidak ternilai besarnya,
mengepalai keluarga yang
besar yang hidup rukun,
damai dan bakti. Ia
mendapati Ayyub tidak
tersilau matanya oleh
kekayaan yang ia miliki dan
tidak tergoyahkan imannya
oleh kenikmatan duniawinya.
Siang dan malam ia sentiasa
menemui Ayyub berada di
mihrabnya melakukan solat,
sujud dan tasyakur kepada
Allah atas segala pemberian-
Nya. Mulutnya tidak berhenti
menyebut nama Allah
berzikir, bertasbih dan
bertahmid. Ayyub ditemuinya
sebagai seorang yang penuh
kasih sayang terhadap
sesama makhluk Allah yang
lemah, yang lapar diberinya
makan, yang telanjang
diberinya pakaian, yang
bodoh diajar dan dipimpin
dan yang salah ditegur.
Iblis gagal dalam usahanya
memujuk Ayyub. Telinga
Ayyub pekak terhadap
segala bisikannya dan
fitnahannya dan hatinya
yang sudah penuh dengan
iman dan takwa tidak ada
tempat lagi bagi bibit-bibit
kesesatan yang ditaburkan
oleh Iblis. Cinta dan taatnya
kepada Allah merupakan
benteng yang ampuh
terhadap serangan Iblis
dengan peluru kebohongan
dan pemutar-balikan
kebenaran yang semuanya
mental tidak mendapatkan
sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis bukanlah
Iblis jika ia berputus asa dan
kegagalannya memujuk
Ayyub secara langsung. Ia
pergi menghadapi kepada
Allah untuk menghasut. Ia
berkata : ” Wahai Tuhan,
sesungguhnya Ayyub yang
menyembah dan memuji-
muji-Mu, bertasbih dan
bertahmid menyebut nama-
Mu, ia tidak berbuat
demikian seikhlas dan
setulus hatinya kerana cinta
dan taat pada-Mu. Ia
melakukan itu semua dan
berlaku sebagai hamba yang
soleh tekun beribadah
kepada-Mu hanya kerana
takut akan kehilangan
semua kenikmatan duniawi
yang telah Engkau kurniakan
kepadanya. Ia takut, jika ia
tidak berbuat demikian ,
bahawa engkau akan
mencabut daripadanya
segala nikmat yang telah ia
perolehnya berupa puluhan
ribu haiwan ternakan,
beribu-ribu hektar tanah
ladang, berpuluh-puluh
hamba sahaya dan
pembantu serta keluarga
dan putera-puteri yang soleh
dan bakti. Tidakkah
semuanya itu patut disyukuri
untuk tidak terlepas dari
pemilikannya dan habis
terkena musibah? Di samping
itu Ayyub masih
mengharapkan agar
kekayaannya bertambah
menjadi berlipat ganda.
Untuk tujuan dan maksud
itulah Ayyub mendekatkan
diri kepada-Mu dengan
ibadah dan amal-amal
solehnya dan andai kata ia
terkena musibah dan
kehilangan semua yang ia
miliki, nescaya ia akan
mengubah sikapnya dan
akan melalaikan
kewajibannya beribadah
kepada-Mu. ”
Allah berfirman kepada Iblis :
” Sesungguhnya Ayyub
adalah seorang hamba-Ku
yang sangat taat kepada-Ku,
ia seorang mukmin sejati,
apa yang ia lakukan untuk
mendekati dirinya kepada-Ku
adalah semata-mata
didorong oleh iman yang
teguh dan taat yang bulat
kepada-Ku. Iman dan takwa
yang telah meresap di dalam
lubuk hatinya serta
menguasai seluruh jiwa
raganya tidak akan tergoyah
oleh perubahan keadaan
duniawinya. Cintanya
kepada-Ku yang telah
menjiwai amal ibadah dan
kebajikannya tidak akan
menurun dan menjadi
kurang, musibah apa pun
yang akan melanda dalam
dirinya dan harta
kekayaannya. Ia yakin
seyakin-yakinnya bahwa apa
yang ia miliki adalah
pemberian-Ku yang
sewaktu-waktu dapat Aku
cabut daripadanya atau
menjadikannya bertambah
berlipat ganda. Ia bersih dari
semua tuduhan dan
prasangkamu. Engkau
memang tidak rela
melihathamba-hamba-Ku
anak cucu Adan berada di
atas jalan yang benar, lurus
dan tidak tersesat. Dan untuk
menguji keteguhan hati
Ayyub dan kebulatan
imannya kepada-Ku dan
kepada takdir-Ku, Aku
izinkan engkau untuk
mencuba menggodanya
serta memalingkannya
daripada-Ku. Kerahkanlah
pembantu-pembantumu
menggoda Ayyub melalui
harta kekayaannya dan
keluarganya. Cuba
binasakanlah harta
kekayaannya dan cerai-
beraikanlah keluarganya
yang rukun dan bahagia itu
dan lihatlah sampai di mana
kebolehanmu menyesatkan
dan merusakkan iman
hamba-Ku Ayyub itu. ”
Dikumpulkanlah oleh Iblis
syaitan-syaitan,
pembantunya, diberitahukan
bahawa ia telah
mendapatkan izin dari Tuhan
untuk mengganyang ayyub,
merusak aqidah dan imannya
dan memalingkannya dari
Tuhannya yang ia sembah
dengan sepenuh hati dan
keyakinan. Jalannya ialah
dengan memusnahkan harta
kekayaannya sehingga ia
menjadi seorang yang papa
dan miskin, mencerai-
beraikan keluarganya
sehingga ia menjadi
sebatang kara tidak
berkeluarga, Iblis berseru
kepada pembantu-
pembantunya itu agar
melaksanakan tugas
penyesatan Ayyub sebaik-
baiknya dengan segala daya
dan siasat apa saja yang
mereka dapat lakukan.
Dengan berbagai cara
gangguan, akhirnya
berhasillah kawanan syaitan
itu menghancurkan-luluhkan
kekayaan Ayyub, yang
dimulai dengan haiwan-
haiwan ternakannya yang
bergelimpangan mati satu
persatu sehingga habis sama
sekali, kemudian disusul
ladang-ladang dan kebun-
kebun tanamannya yang
rusak menjadi kering dan
gedung-gedungnya yang
terbakar habis dimakan api,
sehingga dalam waktu yang
sangat singkat sekali Ayyub
yang kaya-raya tiba-tiba
menjadi seorang papa miskin
tidak memiliki selain hatinya
yang penuh iman dan takwa
serta jiwanya yang besar.
Setelah berhasil
menghabiskan kekayaan dan
harta milik Ayyub datanglah
Iblis kepadanya menyerupai
sebagai seorang tua yang
tampak bijaksana dan
berpengalaman dan berkata:
“ Sesungguhnya musibah
yang menimpa dirimu sangat
dahsyat sekali sehingga
dalam waktu yang begitu
sempit telah habis semua
kekayaanmu dan hilang
semua harta kekayaan
milikmu. Kawan-kawanmu
merasa sedih ssedang
musuh-musuhmu bersenang
hati dan gembira melihat
penderitaan yang engkau
alami akibat musibah yang
susul-menyusul melanda
kekayaan dan harta milikmu.
Mereka bertanya-tanya,
gerangan apakah yang
menyebabkan Ayyub
tertimpa musibah yang
hebat itu yang
menjadikannya dalam
sekelip mata kehilangan
semua harta miliknya.
Sementara orang dari
mereka berkata bahawa
mungkin kerana Ayyub tidak
ikhlas dalam ibadah dan
semua amal kebajikannya
dan ada yang berkata
bahawa andaikan Allah,
Tuhan Ayyub, benar-benar
berkuasa, nescaya Dia dapat
menyelamatkan Ayyub dari
malapetaka, mengingat
bahawa ia telah
menggunakan seluruh
waktunya beribadah dan
berzikir, tidak pernah
melanggar perintah-Nya .
Seorang lain menggunjing
dengan mengatakan bahawa
mungkin amal ibadah Ayyub
tidak diterima oleh Tuhan,
kerana ia tidak melakukan
itu dari hati yang bersih dan
sifat ria dan ingin dipuji dan
banyak lagi cerita-cerita
orang tentang kejadian yang
sangat menyedihkan itu.
Akupun menaruh simpati
kepadamu, hai Ayyub dan
turut bersedih hati dan
berdukacita atas nasib yang
buruk yang engkau telah
alami. ”
Iblis yang menyerupai
sebagai orang tua itu –
mengakhiri kata-kata
hasutannya seraya
memperhatikan wajah
Ayyub yang tetap tenang
berseri-seri tidak
menampakkan tanda-tanda
kesedihan atau sesalan yang
ingin ditimbulkan oleh Iblis
dengan kata-kata racunnya
itu. Ayyub berkata
kepadanya : “Ketahuilah
bahawa apa yang aku telah
miliki berupa harta benda,
gedung-gedung, tanah
ladang dan haiwan ternakan
serta lain-lainnya semuanya
itu adalah barangan titipan
Allah yang diminta-Nya
kembali setelah aku cukup
menikmatinya dan
memanfaatkannya
sepanjang masa atau ibarat
barang pinjaman yang
diminta kembali oleh
tuannya jika saatnya telah
tiba. Maka segala syukur dan
ouji bagi Allah yang telah
memberikan kurniaan-Nya
kepadaku dan mencabutnya
kembali pula dari siapa yang
Dia kehendaki dan
mencabutnya pula dari siapa
saja yang Dia suka. Dia
adalah yang Maha Kuasa
mengangkat darjat
seseorang atau
menurunkannya menurut
kehendak-Nya. kami sebagai
hamba-hamba makhluk-Nya
yang lemah patut berserah
diri kepada-Nya dan
menerima segala qadha’
dan takdir-Nya yang kadang
kala kami belum dapat
mengerti dan menangkap
hikmah yang terkandung
dalam qadha ’ dan takdir-
Nya itu.”
Selesai mengucapkan kata-
kata jawabnya kepada Iblis
yang sedang duduk
tercenggang di depannya,
menyungkurlah Ayyub
bersujud kepada Allah
memohon ampun atas segala
dosa dan keteguhan iman
serta kesabaran atas segala
cubaan dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan
rumah Ayyub dengan rasa
kecewa bahawa racun
hasutannya tidak termakan
oleh hati hamba Allah yang
bernama Ayyub itu. Akan
tetapi Iblis tidak akan pernah
berputus asa melaksanakan
sumpah yang ia telah
nyatakan di hadapan Allah
dan malaikat-Nya bahawa ia
akan berusaha menyesatkan
Bani Adam di mana saja
mereka berada. Ia
merencanakan melanjutkan
usaha gangguan dan
godaannya kepada Ayyub
lewat penghancuran
keluarganya yang sedang
hidup rukun, damai dan
saling hidup cinta mencintai
dan harga menghargai. Iblis
datang lagi menghadap
kepada Tuhan dan meminta
izin meneruskan usahanya
mencuba Ayyub. Berkata ia
kepada Tuhan: “Wahai
Tuhan, Ayyub tidak termakan
oleh hasutanku dan sedikit
pun tidak goyah iman dan
aqidahnya kepada-Mu meski
pun ia sudah kehilangan
semua kekayaannya dan
kembali hidup papa dan
miskin kerana ia masih
mempunyai putera-putera
yang cekap yang dapat ia
andalkan untuk
mengembalikan semua yang
hilang itu dan menjadi
sandaran serta tumpuan
hidupnya di hari tuanya.
Menurut perkiraanku, Ayyub
tidak akan bertahan jika
musibah yang mengenai
harta kekayaannya
mengenai keluarganya pula,
apa lagi bila ia sangat sayang
dan mencintai, maka
izinkanlah aku mencuba
kesabarannya dan
keteguhannya kali ini melalui
godaan yang akan aku
lakukan terhadap
keluarganya dan putera-
puteranya yang ia sangat
sayang dan cintai itu. ”
Allah meluluskan permintaan
Iblis itu dan berfirman: “Aku
mengizinkan engkau
mencuba sekali lagi
menggoyahkan hati Ayyub
yang penuh iman, tawakkal
dan kesabaran tiu dengan
caramu yang lain, namun
ketahuilah bahawa engkau
tidak akan berhasil mencapai
tujuanmu melemahkan iman
Ayyub dan menipiskan
kepercayaannya kepada-
Ku. ”
Iblis lalu pergi bersama
pembantu-pembantunya
menuju tempat tinggal
putera-putera Ayyub di suatu
gedung yang penuh dengan
sarana-sarana kemewahan
dan kemegahan, lalu
digoyangkanlah gedung itu
hingga roboh berantakan
menjatuhi dan menimbuni
seluruh penghuninya.
Kemudian cepat-cepatlah
pergi Iblis mengunjungi
Ayyub di rumahnya,
menyerupai sebagai seorang
dari kawan-kawan Ayyub,
yang datang menyampaikan
takziah dan menyatakan
turut berdukacita atas
musibah yang menimpa
puteranya. Ia berkata
kepada Ayyub dalam
takziahnya: “Hai Ayyub,
sudahkah engkau melihat
putera-puteramu yang mati
tertimbun di bawah runtuhan
gedung yang roboh akibat
gempa bumi? Kiranya, wahai
Ayyub, Tuhan tidak
menerima ibadahmu selama
ini dan tidak melindungimu
sebagai imbalan bagi amal
solehmu dan sujud rukukmu
siang dan malam. ”
Mendengar kata-kata Iblis
itu, menangislah Ayyub
tersedu-sedu seraya
berucap: “Allahlah yang
memberi dan Dia pulalah
yang mengambil kembali.
Segala puji bagi-Nya, Tuhan
yang Maha Pemberi dan
Maha Pencabut. ”
Iblis keluar meninggalkan
Ayyub dalam keadaan
bersujud munajat dengan
rasa jengkel dan marah
kepada dirinya sendiri
kerana telah gagal untuk
kedua kalinya memujuk dan
menghasut Ayyub. Ia pergi
menghadap Tuhan dan
berkata: “Wahai Tuhan,
Ayyub sudah kehilangan
semua harta benda dan
seluruh kekayaannya dan
hari ini ia ditinggalkan oleh
putera-puteranya yang mati
terbunuh di bawah runtuhan
gedung yang telah kami
hancurkan , namun ia masih
tetap dalam keadaan
mentalnya yang kuat dan
sihat. Ia hanya menangis
tersedu-sedu namun
batinnya, jiwanya, iman dan
kepercayaannya kepada-Mu
tidak tergoyah sama sekali.
Izinkan aku mencubanya kali
ini mengganggu kesihatan
bandanya dan kekuatan
fizikalnya, kerana jika ia
sudah jatuh sakit dan
kekuatannya menjadi
lumpuh, nescaya ia akan
mulai malas melakukan
ibadah dan lama-kelamaan
akan melalaikan
kewajibannya kepada-Mu
dan menjadi lunturlah iman
dan akidahnya. ”
Allah tetap menentang Iblis
bahawa ia tidak akan
berhasil dalam usahanya
menggoda Ayyub walau
bagaimana pun besarnya
musibah yang ditimpakan
kepadanya dan bagaimana
pun beratnya cubaan yang
dialaminya. Kerana Allah
telah menetapkan dia
menjadi teladan kesabaran,
keteguhan iman dan
ketekunan beribadah bagi
hamba-hamba-Nya. Allah
berfirman kepada Iblis:
“ Bolehlah engkau mencuba
lagi usahamu mengganggu
kesihatan badan dan
kekuatan fizikal Ayyub. Aku
akan lihat sejauh mana
kepandaianmu mengganggu
dan menghamba pilihan-Ku
ini.”
Iblis lalu memerintahkan
kepada anak buahnya agar
menaburkan benih-benih
baksil penyakit ke dalam
tubuh Ayyub. Baksil-baksil
ysng ditaburkan itu segera
mengganyang kesihatan
Ayyub yang menjadikan ia
menderita berbagai-bagai
penyakit, deman panas,
batuk dan lain-lain lagi
sehingga menyebabkan
badannya makin lama makin
kurus, tenaganya makin
lemah dan wajahnya
menjadi pucat tidak
berdarah dan kulitnya
menjadi berbintik-bintik .
Ianya akhir dijauhi oleh
orang-orang sekampungnya
dan oleh kawan-kawan
dekatnya, kerana penyakit
Ayyub dapat menular dengan
cepatnya kepada orang-
orang yang menyentuhnya
atau mendekatinya. Ia
menjadi terasing daripada
pergaulan orang di
tempatnya dan hanya
isterinyalah yang tetap
mendampinginya,
merawatnya dengan penuh
kesabaran dan rasa kasih
sayang, melayani segala
keperluannya tanpa
mengeluh atau menunjukkan
tanda kesal hati dari
penyakit suaminya yang
tidak kunjung sembuh itu.
Iblis memperhatikan Ayyub
dalam keadaan yang sudah
amat parah itu tidak
meninggalkan adat
kebiasaannya, ibadahnya,
zikirnya, ia tidak mengeluh,
tidak bergaduh, ia hanya
menyebut nama Allah
memohon ampun dan
lindungan-Nya bila ia
merasakan sakit. Iblis
merasa kesal hati dan
jengkel melihat ketabahan
hati Ayyub menanggung
derita dan kesabarannya
menerima berbagai musibah
dan ujian. Iblis kehabisan
akal, tidak tahu apa usaha
lagi yang harus diterapkan
bagi mencapai tujuannya
merusakkan aqidah dan iman
Ayyub. Ia lalu meminta
bantuan fikiran dari para
kawan-kawan
pembantunya, apa yang
harus dilakukan lagi untuk
menyesatkan Ayyub setelah
segala usahanya gagal tidak
mencapai sasarannya.
Bertanya mereka
kepadanya: “Di manakah
kepandaianmu dan tipu
dayamu yang ampuh serta
kelincinanmu menyebar
benih was-was dan ragu ke
dalam hati manusia yang
biasanya tidak pernah sia-
sia?” Seorang pembantu
lain berkata: “Engkau telah
berhasil mengeluarkan Adam
dari syurga, bagaimanakah
engkau lakukan itu
semuanya sampai
berhasilnya tujuanmu itu ?”
“Dengan memujuk
isterinya”, jawab Iblis.
“Jika demikian” berkata
syaitan itu kembali,
“ Laksanakanlah siasat itu
dan terapkanlah terhadap
Ayyub, hembuskanlah
racunmu ke telinga isterinya
yang tampak sudah agak
kesal merawatnya, namun
masih tetap patuh dan
setia.”
“Benarlah dan tepat
fikiranmu itu,” kata Iblis,
“Hanya tinggal itulah satu-
satu jalan yang belum aku
cuba. Pasti kali ini dengan
cara menghasut isterinya
aku akan berhasil
melaksanakan akan
maksudku selama ini. ”
Dengan rencana barunya
pergilah Iblis mendatangi
isteri Ayyub, menyamar
sebagai seorang kawan
lelaki yang rapat dengan
suaminya. Ia berkata kepada
isteri Ayyub: “Apa khabar
dan bagaimana keadaan
suamimu di ketika ini ?”
Seraya mengarahkan jari
telunjuknya ke arah
suaminya, berkata isteri
Ayyub kepada Iblis itu,
tamunya: “Itulah dia
terbaring menderita
kesakitan, namun mulutnya
tidak henti-hentinya berzikir
menyebut nama Allah. Ia
masih berada dalam keadaan
parah, mati tidak hidup pun
tidak.”
Kata-kata isteri Ayyub itu
menimbulkan harapan bagi
Iblis bahawa ia kali ini akan
berhasil maka diingatkanlah
isteri Ayyub akan masa
mudanya di mana ia hidup
dengan suaminya dalam
keadaan sihat, bahagia dan
makmur dan
dibawakannyalah kenang-
kenangan dan kemesraan.
Kemudian keluarlah Iblis dari
rumah Ayyub meninggalkan
isteri Ayyub duduk
termenung seorang diri,
mengenangkan masa
lampaunya, masa kejayaan
suaminya dan kesejahteraan
hidupnya, membanding-
bandingkannya dengan masa
di mana berbagai
penderitaan dan musibah
dialaminya, yang dimulai
dengan musnahnya
kekayaan dan harta-benda,
disusul dengan kematian
puteranya, dan kemudian
yang terakhirnya diikuti oleh
penyakit suaminya yang
parah yang sangat
menjemukan itu. Isteri Ayyub
merasa kesepian berada di
rumah sendirian bersama
suaminya yang terbaring
sakit, tiada sahabat tiada
kerabat, tiada handai, tiada
taulan, semua menjauhi
mereka kerana khuatir
kejangkitan penyakit kulit
Ayyub yang menular dan
menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas
panjang datanglah isteri
Ayyub mendekati suaminya
yang sedang menderita
kesakitan dan berbisik-bisik
kepadanya berkata: “Wahai
sayangku, sampai bilakah
engkau terseksa oleh
Tuhanmu ini? Di manakah
kekayaanmu, putera-
puteramu, sahabat-
sahabatmu dan kawan-
kawan terdekatmu? Oh,
alangkah syahdunya masa
lampau kami, usia muda,
badan sihat, sarana
kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup tersedia
dikelilingi oleh keluarga dan
terulang kembali masa yang
manis itu? Mohonlah wahai
Ayyub dari Tuhanmu, agar
kami dibebaskan dari segala
penderitaan dan musibah
yang berpanjangan ini.”
Berkata Ayyub menjawab
keluhan isterinya: “Wahai
isteriku yang kusayangi,
engkau menangisi
kebahagiaan dan
kesejahteraan masa yang
lalu, menangisi anak-anak
kita yang telah mati diambil
oleh Allah dan engkau minta
aku memohon kepada Allah
agar kami dibebaskan dari
kesengsaraan dan
penderitaan yang kami alami
masa kini. Aku hendak
bertanya kepadamu, berapa
lama kami tidak menikmati
masa hidup yang mewah,
makmur dan sejahtera
itu ?” “Lapan puluh
tahun”, jawab isteri Ayyub.
“Lalu berapa lama kami
telah hidup dalam
penderitaan ini ?” tanya lagi
Ayyub. “Tujuh tahun”,
jawab si isteri.
“Aku malu”, Ayyub
melanjutkan jawabannya,”
memohon dari Allah
membebaskan kami dari
sengsaraan dan penderitaan
yang telah kami alami belum
sepanjang masa kejayaan
yang telah Allah kurniakan
kepada kami. Kiranya engkau
telah termakan hasutan dan
bujukan syaitan, sehingga
mulai menipis imanmu dan
berkesal hati menerima
taqdir dan hukum Allah.
Tunggulah ganjaranmu kelak
jika aku telah sembuh dari
penyakitku dan kekuatan
badanku pulih kembali. Aku
akan mencambukmu seratus
kali. Dan sejak detik ini aku
haramkan diriku makan dan
minum dari tanganmu atau
menyuruh engkau
melakukan sesuatu untukku.
Tinggalkanlah aku seorang
diri di tempat ini sampai Allah
menentukan taqdir-Nya.”
Setelah ditinggalkan oleh
isterinya yang diusir, maka
Nabi Ayyub tinggal seorang
diri di rumah, tiada sanak
saudara, tiada anak dan
tiada isteri. Ia bermunajat
kepada Allah dengan
sepenuh hati memohon
rahmat dan kasih sayang-
Nya. Ia berdoa: “Wahai
Tuhanku, aku telah diganggu
oleh syaitan dengan
kepayahan dan kesusahan
serta seksaan dan Engkaulah
wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha
Penyayang.”
Allah menerima doa Nabi
Ayyub yang telah mencapai
puncak kesabaran dan
keteguhan iman serta
berhasil memenangkan
perjuangannya melawan
hasutan dan bujukan Iblis.
Allah mewahyukan firman
kepadanya: “Hantamkanlah
kakimu ke tanah. Dari situ air
akan memancur dan dengan
air itu engkau akan sembuh
dari semua penyakitmu dan
akan pulih kembali kesihatan
dan kekuatan badanmu jika
engkau gunakannya untuk
minum dan mandimu. ”
Dengan izin Allah setelah
dilaksanakan petunjuk Illahi
itu, sembuhlah segera Nabi
Ayyub dari penyakitnya,
semua luka-luka kulitnya
menjadi kering dan segala
rasa pedih hilang, seolah-
olah tidak pernah terasa
olehnya. Ia bahkan kembali
menampakkan lebih sihat
dan lebih kuat daripada
sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya
yang telah diusir dan
meninggalkan dia seorang
diri di tempat tinggalnya
yang terasing, jauh dari jiran,
jauh dari keramaian kota,
merasa tidak sampai hati
lebih lama berada jauh dari
suaminya, namun ia hampir
tidak mengenalnya kembali,
kerana bukanlah Ayyub yang
ditinggalkan sakit itu yang
berada didepannya, tetapi
Ayyub yang muda belia,
segar bugar, sihat afiat
seakan-akan tidak pernah
sakit dan menderita. Ia
segera memeluk suaminya
seraya bersyukur kepada
Allah yang telah memberikan
rahmat dan kurnia-Nya
mengembalikan kesihatan
suaminya bahkan lebih baik
daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah
sewaktu ia mengusir
isterinya akan
mencambuknya seratus kali
bila ia sudah sembuh. Ia
merasa wajib melaksanakan
sumpahnya itu, namun
merasa kasihan kepada
isterinya yang sudah
menunjukkan kesetiaannya
dan menyekutuinya di dalam
segala duka dan deritanya. Ia
bingung, hatinya terumbang-
ambingkan oleh dua
perasaan, ia merasa
berwajiban melaksanakan
sumpahnya, tetapi isterinya
yang setia dan bakti itu tidak
patut, kata hatinya,
menjalani hukuman yang
seberat itu. Akhirnya Allah
memberi jalan keluar
baginya dengan firman-Nya:
“ Hai Ayyub, ambillah
dengan tanganmu seikat
rumput dan cambuklah
isterimu dengan rumput itu
seratus kali sesuai dengan
sesuai dengan sumpahmu,
sehingga dengan demikian
tertebuslah sumpahmu.”
Nabi Ayyub dipilih oleh Allah
sebagai nabi dan teladan
yang baik bagi hamba-
hamba_Nya dalam hal
kesabaran dan keteguhan
iman sehingga kini nama
Ayyub disebut orang sebagai
simbul kesabaran. Orang
menyatakan , si Fulan
memiliki kesabaran Ayyub
dan sebagainya. Dan Allah
telah membalas kesabaran
dan keteguhan iman Ayyub
bukan saja dengan
memulihkan kembali
kesihatan badannya dan
kekuatan fizikalnya kepada
keadaan seperti masa
mudanya, bahkan
dikembalikan pula kebesaran
duniawinya dan kekayaan
harta-bendanya dengan
berlipat gandanya. Juga
kepadanya dikurniakan lagi
putera-putera sebanyak
yang telah hilang dan mati
dalam musibah yang ia telah
alami. Demikianlah rahmat
Tuhan dan kurnia-Nya
kepada Nabi Ayyub yang
telah berhasil melalui masa
ujian yang berat dengan
penuh sabar, tawakkal dan
beriman kepada Allah.
Kisah Ayyub di atas dapat
dibaca dalam Al-Quran surah
Shaad ayat 41 sehingga ayat
44 dan surah Al-Anbiaa ’
ayat 83 dan 84
sumber: http://
www.dzikir.org/

No comments:

Post a Comment

like